Rabu, 20 Oktober 2021

Krisis Iklim di depan Mata, Kode Merah Bagi Kemanusiaan

Entahlah hanya perasaan saya semata atau memang begini keadaannya, saya merasakan kondisi cuaca yang tidak menentu. Kadang panas, kadang panas banget (sumuk gitu kalau orang Jawa bilang), terus kadang tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Waktu jaman SD, ketika liburan sekolah hobi saya membolang bersama teman-teman, dari pagi sampai siang. Hingga kulit jadi gelap, gosong. Sekarang, dengan kondisi cuaca yang tak menentu, keluar di siang hari saja sudah malas. Pengen gitu rasanya ngadem aja di ATM atau Indomaret hihihi.

Ternyata saya tak sendiri, beberapa warganet twitter juga merasakan hal yang sama. Mutual saya di twitter pernah ngetwit gini kira-kira, "ini cuaca kok panas banget, tapi gak hujan." Teman-teman yang kebetulan baca blog saya ini juga merasakan hal kayak gini enggak sih?

Terus selain panas ya, banjir rob bisa tiba-tiba menghadang. Karena keluarga saya tinggal di pesisir Pantai Utara Jawa, kami sekeluarga merasakan dampaknya. Jika hujan deras turun tiba-tiba, banjir bisa masuk rumah. Kondisi ini cukup memprihatinkan sebab wilayah kami tinggal ada di perkotaan, bukan yang dekat pantai gitu. Bagaimana ya masyarakat yang tinggal dekat pantai?

Sepekan lalu saya dan komunitas Eco Blogger Squad berkesempatan mengikuti zoominar yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan dan Madani Berkelanjutan. Adapun tema acara tersebut adalah "Bumi Semakin Panas, Kode Merah Untuk Kemanusiaan." Woow judulnya, cukup questionable ya pemirsa. Saya jadi penasaran ada apa dengan bumi kita? Apakah bumi sedang tidak baik-baik saja? Langkah apa yang bisa kita lakukan untuk bumi kita ini?

Kak Anggi selaku Knowledge Manager Madani Berkelanjutan menjelaskan kenapa bumi makin panas dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Sebuah organisasi di bawah naungan PBB bernama IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) merilis laporan bahwa bumi kita saat ini sedang mengalami apa yang disebut dengan istilah perubahan iklim. Perubahan iklim membuat cuaca tidak menentu. Kadang panas banget atau belum memasuki musim penghujan, eh tiba-tiba turun hujan deras, banjir menenggelamkan satu wilayah (padahal tahun-tahun sebelumnya hal tersebut tidak terjadi), es di kutub mulai mencair, kekeringan di bumi belahan yang lain, dan masih cukup banyak jika kita kulik satu persatu.

Makanya kondisi ini menjadi kode merah untuk kemanusian. Kode merah untuk kita semua. Kode merah yang harus segera dicari solusinya. 

Diperkirakan pada awal 2030 nanti suhu bumi akan naik sebesar 1,5 derajat celcius. Jika kita tak segera bergegas untuk menurunkan emisi karbon, maka kenaikan sebesar 1,5 derajat celcius ini berpengaruh pada kondisi iklim dan cuaca. Bayangkan petani tak bisa memanen hasil kebun karena kemarau panjang tak jua berakhir atau nelayan tak bisa melaut karena kondisi cuaca yang buruk terus-menerus. Intinya kita semua akan menghadapi cuaca yang cukup ekstrim.
Penggunaan bahan bakar fosil untuk industri dan transportasi menimbulkan emisi karbon yang cukup besar, Akumulasi dari karbon ini bisa mengakibatkan efek rumah kaca. Jika hutan-hutan penyerap emisi karbon menghilang karena ditebang dan lain sebagainya, maka ancaman krisis iklim semakin di depan mata, kode merah untuk kemanusiaan.
Beberapa rekomendasi yang diberikan oleh Madani Berkelanjutan dari zoominar yang saya ikuti di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Segera alihkan penggunaan bahan bakar dari fosil ke energi terbarukan. Saya pikir ini merupakan langkah yang baik. Semoga ke depan semakin tercipta sumber-sumber energi bersih yang tentu saja ramah lingkungan, harganya terjangkau dan bisa diakses semua orang.

2. Mengurangi laju deforestasi. Alih fungsi lahan dan hutan menjadi kawasan industri atau tambang serta karhutla menjadi ancaman hutan Indonesia. Kamu bisa mendukung aksi reforestasi hutan Indonesia dengan ikutan donasi tanam atau adopsi pohon. Ini setidaknya langkah kecil yang bisa kita lakukan.

3. Rehabilitas, restorasi, dan konservasi ekosistem alam, misal gambut dan mangrove.

4. Adaptasi terutama untuk kelompok rentan

5. Mencapai emisi bersih (nol) pada tahun 2050.

Kalau cara sederhana yang bisa saya lakukan saat ini adalah menghemat energi dengan menyalakan lampu sesuai kebutuhan, tak lupa mematikannya di malam hari. Saya terbiasa menggunakan kendaraan umum, jika berbelanja di minimarket saya menggunakan sepeda. Gunakan totebag alih-alih menenteng plastik kresek ketika berbelanja. Sampah plastik yang menumpuk di TPA akan lama terurai dan menimbulkan gas metana yang mudah terbakar. Meski terbilang aksi kecil, semoga langkah ini menjadi solusi bagi masyarakat awam dalam menghadapi krisis iklim yang mengancam masa depan umat manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar