Senin, 27 Maret 2023

Bijak Kelola Sampah Makanan Tanda Kita Peduli pada Lingkungan

Dulu sewaktu aku masih kanak-kanak, ibukku selalu mewanti-wanti aku agar menghabiskan nasi di mangkok. Katanya kalau tidak habis nanti nasinya bakalan nangis. Eh di tempat kamu juga kayak gitu gak sih? Namanya juga bocil, kadang kalau sudah kenyang makanan di piring atau mangkok masih tersisa alias gak habis sepenuhnya. Apalagi dulu waktu TK aku gak terlalu suka sayuran, alhasil potongan wortel, kobis, atau kentang aku sisihkan di pinggiran piring.

Memasuki sekolah dasar, wali kelasku meminta kami untuk mewarnai sayur dan buah di piring. Wali kelasku juga menjelaskan tentang konsep Empat Sehat Lima Sempurna dan pentingnya menghabiskan sayur yang ada di piring. Juga manfaat sayur dan buah di negara tropis. Dari situ aku mulai menyukai sayur-sayuran dan tidak menyisakan makanan.

Berbeda dengan wali kelasku yang menjelaskan kenapa kita kudu menyukai sayur dan menghabiskan makanan di piring, ibu temanku malah menakut-nakuti kalau makanan di piring tidak habis, nanti dihabisin sama setan. Alhasil, temanku mau tidak mau, suka tidak suka akhirnya menghabisin makanan yang ada. Daripada endingnya digebuk sapu, kan? Wkwkw canda sapu.

Adapun ibuku sendiri kemudian menjelaskan alasan kenapa aku harus menghabiskan makanan. Agar aku lebih banyak bersyukur. Di luar sana ada keluarga yang ekonominya pas-pasnya dan untuk membeli beras serta bahan pokok aja sulitnya bukan main. Mana harga-harga pada mahal setelah krisis moneter 1998 kala itu. Kalian juga pernah mengalami kesulitan membeli bahan karena harga-harga yang tidak stabil gak sih?

Setelah dewasa, ada benarnya juga ya apa yang diwejangkan ibuku dulu soal jangan menyisakan makanan. Bahwa makanan itu sangat berharga jangan disia-siakan. Apalagi untuk ukuran anak kos ye kan. Pokoknya gak mau menyisakan makanan dan bikin sampah makanan. Palingan tulang-tulang dan duri ikan aja yang dibuang.

Pernah berandai-andai kalau 10 gram nasi terbuang percuma dikalikan 100 juta penduduk Indonesia sudah berapa tuh? Gak sedikit kan ya. Jumlah segede itu bisa berguna untuk satu kota ketika menghadapi krisis pangan. Ini hanya perumpamaan saja ya.

Ilustrasi makanan mubazir. Sumber: unsplash

Ada baiknya kebiasaan menghabiskan makanan diajarkan sekaligus diterapkan kepada anak sejak usia dini. Supaya di kemudian hari si anak tidak memiliki kebiasaan atau perilaku menyisakan makanan. 

Mengambil makanan secukupnya saja, jangan berlebihan. Biar gak mubazir kalau ternyata gak habis. 

Aku pernah menghadiri kondangan di mana ada tamu undangan yang kalap mengambil banyak nasi dan lauk, tetapi ternyata dia tak menghabiskan makanan yang diambilnya itu. Sungguh mubazir. Di sudut yang lain, aku mengetahui ada tamu undangan yang kehabisan menu ayam bakar, sayur sop, dan udang balado. Dia celingak-celinguk, kemudian memilih menu soto di pojokan. Untung sotonya belum habis.

Masih ingat tayangan viral di televisi Januari lalu yang menceritakan tentang  sejumlah petani membuang tomat ke jurang imbas harga anjlok hingga Rp600/800kilogram. Padahal standarnya Rp4000/kilogram. Kejadian di Lampung Barat, ratusan tomat pascapanen dibuang begitu saja ke jurang. Sedih sih, pasalnya tomat-tomat terbuang sia-sia dan bakalan membusuk menjadi sampah makanan. Sangat mubazir pokoknya.

Tomat yang terbuang. Sumber: portal MNC

Lanjut.

Ada satu cerita yang membuat hatiku sangat ngilu tatkala pada tahun 2021 beras BULOG senilai 400.000 ton yang didapat dari berbagai pengadaan stok beras mengalami pembusukan. Sangat pilu karena stok beras sebanyak itu sudah pasti mampu menyuplai kebutuhan ratusan ribu kepala keluarga. Beras yang sudah membusuk ini tentunya sudah tidak layak lagi buat dikonsumsi, endingnya tentu saja dibuang sebagai food waste. Mubazir kuadrat.

Ilustrasi beras BULOG dalam kondisi bagus. Sumber: BULOG

Di sisi yang lain, salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah mengenai stunting dan gizi buruk. Akibat abai terhadap faktor gizi dalam jangka panjang, banyak anak terganggu pertumbuhan fisiknya. Bisa dilihat dari tinggi badan anak yang lebih pendek dari teman sebayanya. Ini bukan karena faktor genetika, tetapi karena sejak dalam kandungan hingga usia golden age si anak tidak mendapatkan asupan gizi yang memadai.

Bayangkan jika terdapat satu keluarga miskin yang tertunda mendapatkan beras BULOG akibat tragedi beras busuk di atas. Padahal keluarga tersebut memiliki 2 anak kecil, satu balita dan satu usia anak SD. Dalam kondisi ekonomi tidak stabil, tentu saja kondisi pangan tak terkecukupi menghampiri keluarga tersebut. Dalam jangka panjang bahaya stunting pun mengintai.

Setelah dewasa aku menyadari penting banget untuk tidak menyia-nyiakan makanan dan selalu mengupayakan menghabiskan makanan yang aku santap setiap hari. Sebisa mungkin jangan sampai menyisakan sampah makanan.  Di usia yang sudah matang, kita jadi lebih memahami betapa struggle-nya mendapatkan sesuap nasi apabila kondisi ekonomi belum mencukupi.

Kembali ke wacana sampah makanan.

Indonesia darurat sampah makanan, benarkah? Berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional pada tahun 2021, sampah dari sisa makanan di Indonesia mencapai 46,35 juta. Lebih dari itu ternyata komponen sampah makanan ini jumlahnya lebih besar daripada sampah plastik lho yang mana berada di kisaran 26,27 ton. Adapun di tahun 2020, sampah makanan mencapai 40% dari total sampah yang dihasilkan masyarakat di 199 kabupaten/kota. Menurut Economist Intelligence Unit (2017) Indonesia  berada di peringkat kedua penghasil sampah makanan terbesar setelah Arab Saudi.

Kebiasaan menyisakan makanan hingga berujung ke tempat pembuangan sampah membuat limbah pangan semakin menumpuk. Gas metana semakin meningkat. Gas Metana lebih berbahaya daripada Karbon Dioksida. Gas metana ini menjadi alasan kenapa emisi karbon di atmosfer meningkat. Dalam jangka panjang emisi karbon berpengaruh terhadap perubahan iklim.

Apa bahayanya perubahan iklim?Sebenarnya banyak. Di beberapa belahan dunia sudah mengalami tanda-tanda perubahan iklim dimaksud. Dengan kondisi cuaca yang berubah buruk sepanjang waktu, sektor pertanian yang menjadi pemasok bahan pangan pastinya bakalan terdampak, efeknya hasil panen tidak optimal dan tidak mampu mencukupi kebutuhan masyarakat.

Bijak kelola sampah makanan tanda kita peduli pada lingkungan. Ada beberapa cara sederhana yang bisa kita terapkan dalam keseharian terkait manajemen pribadi sampah makanan:

1. Tentu saja sebisa mungkin jangan menyisakan sampah makanan. Makanlah secukupnya, ambil nasi dan lauk pauk sebatas kemampuan kita biar makanan tidak mubazir terbuang jika tidak habis. Menghabiskan makanan tanpa sisa tanda kita menjadi pribadi yang lebih bertanggungjawab.

2. Buat list menu mingguan (food preparation). Membuat list food preparation menjadi semakin mudah jika kita memiliki lemari pendingin. Bahan pangan seperti sayur, buah, ikan, dan daging menjadi lebih tahan lama jika disimpan di kulkas dibandingkan disimpan di suhu ruangan. Jika tidak punya lemari pendingin belilah bahan makanan yang sekiranya bakalan awet dalam seminggu, misal telur, kentang, tepung, ikan kering, dan sebagainya. Setelah membuat list menu seminggu, selalu cek persediaan sisa yang masih ada di dapur atau lemari pendingin.

Ilustrasi membuat food preparation. Sumber: unsplash

3. Belanja cermat. Setelah menyiapkan list menu mingguan, kita lantas melakukan belanja cermat. Belanja cermat artinya kita membeli sesuai dengan kebutuhan dan dana yang tersedia. Dengan berbelanja cermat kita belajar mengontrol pola konsumsi sekaligus memetakan seberapa banyak sampah makanan yang dihabiskan dalam satu periode belanja bahan pangan.

Ilsutrasi memilih belanja dan memilih bahan pangan. Sumber: Unsplash

4. Manajemen sampah makanan. Kita makan bukan berarti tak menyisakan sama sekali. Karena terkadang ada duri ikan atau tulang yang tentunya tidak bisa kita konsumsi atau brokoli kering yang tidak bisa kita makan. Nah sisa makanan seperti ini bisa kita potong tipis-tipis/dihaluskan yang kemudian dijadikan pakan ternak. Teknik yang lain adalah mengelola tulang-tulang untuk dijadikan kaldu tulang, kemudian dibekukan di freezer. Ketika dibutuhkan kaldu beku tersebut bisa diolah menjadi kuah sop. Potongan kulit sayur dan buah jika dikumpulkan bisa menjadi pupuk kompos. Nah ini nih pintar-pintar kita dalam mengelola sampah makanan.

Sampah makanan buat pupuk. Sumber: unsplash

5. Bawa bekal makan dan minum sendiri. Bawa bekal buat makan siang disamping lebih hemat tentunya mengurangi konsumsi makanan/minuman kemasan. Misal dengan membawa botol minuman pribadi kita jadi tidak membeli air mineral botol yang menjadi sumber sampah plastik. 

Oh ya, kita bisa melakukan challenge seru dengan tema sampah dan makanan di www.teamupforimpact.org. Gak hanya tema sampah dan makanan saja, ada tema-tema lain yang tak kalah seru seperti energi, digital, bisnis hijau, dan aktivisme. Nantinya setiap challenge yang kita lakukan akan mendapat poin. Poin tersebut dikumpulkan, setiap 1400 poin akan ada 1 pohon atas nama kita yang tertanam di hutan. Jika kita berpartisipasi penuh dalam challenge ini maka kita turut berkontribusi menyelamatkan bumi.