Senin, 04 Januari 2021

Sekelumit Proses Pembuatan Film Animasi dan Hal-hal yang Perlu Kamu Tahu

Dua hari lalu lagi selow dan gabut, saya buka youtube dan dapat rekomendasi short animation movie, "Spring." Film animasi garapan Blender Animation Studio ini berdurasi 7 menitan, tapi jangan kira proses kreatifnya sesingkat hasil akhirnya.

Tidak Nona Esmeralda. 

Proses pembuatan film animasi nyatanya sangat kompleks, rumit, dan membutuhkan banyak tim kreatif yang memiliki spesialisasi di bidangnya masing-masing. Misal nih ya dalam film animasi Spring, ada bagian khusus untuk modelling and shading, sound design, lighting, rigging, character design, animating, dan lain sebagainya. Karena Spring tergolong film animasi pendek, maka keterlibatan tim kreatif di dalamnya tak begitu banyak. Bandingkan film animasi berdurasi lebih dari satu jam garapan Disney atau Pixar.

Film animasi pendek tanpa dialog ini berkisah tentang gadis gembala dan anjingnya yang masuk ke tengah hutan dan bertemu roh kuno yang menjaga siklus kehidupan, sebuah film tentang alam lebih tepatnya sih. Roh-roh hutan tersebut bentuknya mirip serangga dan berkaki empat (kakinya menyerupai pohon-pohon raksasa). Film Spring disutradarai oleh Andy Goralczyk yang terinspirasi pada masa kecilnya di pegunungan Jerman. 

Spring sendiri diproduksi oleh Studio Blender Institute di Amsterdam, Belanda. Coba tebak berapa waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi film berdurasi 7 menitan ini gaes? Ternyata 12 bulan lho. Sungguh waktu yang tidak singkat untuk sebuah film berdurasi singkat. Untuk keseluruhan produksinya tim Spring menggunakan pengembangan perangkat lunak Blender versi 2.8. Film dan semua aset yang dibutuhkan untuk membuatnya telah dirilis sebagai creative commons di Blender Cloud, kamu bisa klik di https://cloud.blender.org/ (maaf gak kasih link hidup). Gambar berikut merupakan salah satu contoh aset yang tersedia di Blender Cloud.
Ingat kata blender pasti yang muncul di kepala adalah alat elektronik yang biasanya digunakan untuk bikin jus buah hahaha. Namun, Blender yang satu ini merupakan software animasi 3D yang bersifat open source dan tentunya gratis. Bisa diunduh siapa saja. Keuntungan menggunakan Blender yakni animator, artist, content creator, game maker, atau siapapun bisa menggunakan software tanpa biaya ini, baik untuk kepentingan komersil maupun nonkomersil. Karena sifatnya yang open source, source code Blender tersedia untuk siapa pun orang di seluruh dunia yang bisa membaca, mengubah, dan memodifikasi kode-kodenya. Asalkan tidak melanggar General Public License dari Blender itu sendiri.

Software animasi 3D ini diciptakan oleh Blender Foundation, sebuah perusahaan publik milik Belanda. Blender dibuat untuk mendukung dan memfasilitasi proyek-proyek animasi atau apapun yang berlatar 3 dimensi. Blender ini perangkat lunak multiplatform ya, jadi bisa dipakai di Mac, Windows, atau Linux. Selain membuat animasi, perangkat lunak satu ini juga bisa dimanfaatkan untuk membuat game berikut asetnya, salah satu fitur luar biasa dari Blender ya Blender Game Engine (BGE).

Ngomongin soal Blender, jadi ingat pengalaman saya ketika menginjak semester 5, tepatnya di tahun ketiga kuliah. 

"Arinta, kamu punya kenalan anak animasi gak? Tanya Prasna pada saya suatu ketika di Student Center lantai 3, dekat basecamp UKM Rekayasa Teknologi.

"Kenapa e Pras?" 

"Ini divisi aku mau ngadain workshop animasi, tapi ternyata tarif narasumbernya terlalu mahal." Lalu Prasna menyebut seorang animator profesional yang sudah punya nama. Yah wajar sih mahal, apalagi udah profesional. Bikin animasi gak gampang cuy. Belajarnya juga gak sebulan dua bulan. 

"Rin, klo kamu ada kenalan kasih tau aku ya. Channelmu kan banyak tuh, Rin." (((channelmu kan banyak tuh, Rin))). Gak segitunya ya Pak Prasna. Prasna yang bertanggungjawab untuk acara ini. Dia jadi ketua pelaksana.

Tetiba saya jadi teringat seorang kenalan yang juga seorang animator. Dia punya studio animasi dan tim kecil. Masih muda, masih kuliah. Usianya gak jauh-jauhlah sama saya dan Prasna. Portfolionya juga bagus. Namanya Fandhi Nugroho Lutfi. Dia anak politeknik Seni Rupa Yogyakarta. Di facebooknya tertulis dia mengambil jurusan game technology. Kebetulan pada saat itu Fandhi dan timnya baru saja memenangkan kompetisi short animation movie di ajang Increfest (Industry Creative Festival) yang diadakan salah satu kementerian.

Jadi bisalah ya kalau Fandhi saya kontak buat jadi pembicara nanti. 

Awalnya saya gak kenal Fandhi. Fandhi ini temannya temanku, Faisal. Faisal juga seorang animator. Fandhi mendirikan studio animasi di Semarang, namanya Graftmotion Studio (kayaknya sekarang Graftmotion udah bubar dan Fandhi bikin studio baru lagi). Fandhi dan Faisal satu tim di Graftmotion. Fandhi pernah jadi narasumber untuk suatu acara yang diadakan Jogjanimation Komunitasnya Joedo Hanitianto. Anak animasi Jogja biasanya familiar dengan Pak Joedo. Fandhi pun direkomendasikan temanku, Faisal.

"Mas Fandhi aja, public seakingnya bagus." Kata Faisal kepada saya ketika mengonfirmasi hal ini. Sebenarnya saya ingin mengundang Faisal untuk menjadi pembicara, sebab karya-karya Faisal juga bagus dan patut diperhitungkan. Namun, Faisal menyatakan tidak bisa pada waktu itu. Maka, Faisal merekomendasikan si Fandhi. Faisal sendiri satu angkatan kelulusan SMA dengan saya. Saat itu, Faisal tinggal di Semarang dan ambil D1 bidang DKV. Sekarang Faisal sudah menikah dan tinggal di Bandung.

Berikut saya kasih animasi garapan Faisal, Fandhi dan tim Graftmotion yang pernah dikompetisikan di ajang Incresfest 2013 dan kemudian menang. Ini channel youtubenya Faisal, khusus berbagai tips, tutorial, karya-karya animasi 3D. Perangkat lunak yang digunakan tentu saja Blender ya.

Di tahun 2020, Tujuh tahun kemudian, karya Faisal sudah semengerikan (baca : sekeren) ini! Faisal ini fans berat transformer. Gak heran sebagian karyanya terinpsirasi dari Transformer dan mengandung elemen robotika.


Kembali ke laptop.

Akhirnya saya bilang ke Prasna, "Pras, aku punya kenalan anak animasi Jogja yang punya portofolio bagus. Kalau mau nanti aku kasih kontaknya." 

Menemukan solusi, Prasna senang sekali. 

Sebenarnya workshop animasi ini diadakan oleh divisi IT UKM Rekayasa Teknologi (organisasi kemahasiswaan bidang rekayasa dan inovasi teknologi) khusus untuk anak-anak divisi IT saja. Gratis tentunya. 

"Aku kasih kontaknya dengan syarat, aku boleh ikut workshopmu, Pras." Saya rasa ini barter yang adil. Saya juga tertarik belajar animasi. Saya yang nondivisi IT (saya dari divisi Teknologi Tepat Guna/TTG) pengen ikutan juga dongs. Kapan lagi anak akuntansi seperti saya bisa ikutan workshop animasi kayak gini hehehe.

Prasna pun menyetujui. Saya bisa ikut workshop ini dengan syarat, saya menjadi bagian dari panitia. Wow! Senang sekali. Prasna kemudian menunjuk saya menjadi humas. Tugas saya adalah mengontak narasumber, deal harga, dan juga memastikan dia bisa hadir pas event berlangsung. Selain workshop animasi, Prasna pun mengajak saya meramaikan event "IT Meet Up" yang diselenggarakan oleh divisi IT. Secara singkat, IT Meet Up merupakan rangkaian acara yang diselenggarakan oleh divisi IT UKM Rekayasa Teknologi yang mempertemukan praktisi bidang IT dan mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika Universitas Negeri Yogyakarta. Bukan hanya anak IT, siapapun boleh kok berpartisipasi. Adapun workshop animasi merupakan bagian dari serangkaian acara IT Meet Up.

Singkat cerita, sampailah pada hari H, hari di mana workshop animasi tersebut berlangsung. Software yang digunakan untuk workshop ini Blender ya karena Fandhi adalah pengguna Blender. Peserta workshop diminta membuat bentuk-bentuk seperti bola, kotak, dan sebagainya sesuai instruksi yang diberikan Fandhi. Bentuk-bentuk semacam ini adalah model dasar sebelum membuat desain karakter 3D yang rumit. Ini baru desain karakter saja ya, belum proses yang lain seperti modelling, rigging, shading, compositing, animating, dan sebagainya.

Berikut saya beri penjelasan singkat mengenai hal-hal yang perlu kamu tahu dalam membuat animasi berikut istilah-istilahnya,

1. Modelling. Membuat objek 3 dimensi (misal manusia, hewan, tumbuhan, mobil, rumah, robot, dan sebagainya). Pada tahap modelling, objek apapun yang akan dibentuk dibuat detail, sesuai ukuran, dan skala biar nampak realistis dan proporsional.

2. Texturing. Pada tahap ini, bagian permukaan objek 3D diberi tekstur dan material sehingga terkesan lebih hidup dan real, termasuk pula pantulan cahaya, jenis warna, dan sebagainya. Tekstur permukaannya bagaimana? Apakah kasar, halus, bopeng, berserat dan sebagainya. Texturing objek berbentuk batu bata berwarna merah terkena tetesan air hujan tentunya berbeda dengan batu koral berwarna-warni yang mengkilap jika tertimpa sinar matahari, bukan? 

3. Rigging. Bagi pemula, bagian ini cukup complicated, apalagi untuk objek yang rumit, misal monster kaki seribu. Tapi untuk animator profesional, rigging adalah proses yang mudah. Rigging (penulangan) merupakan proses pemberian tulang pada objek 3 dimensi. Untuk lebih jelasnya saya beri contoh tutorial rigging yang saya ambil dari channel youtube CG Geek. 

4. Lain-lain. Ada tahap lain-lain yang perlu kamu tahu seperti lighting (pencahayaan), compositing (mengkombinasikan beberapa footage yang berbeda hingga nampak sebagai satu kesatuan), animating (menggerakkan objek), hingga rendering. Rendering merupakan tahap akhir dari proses keseluruhan menjadi satu berkas adegan. 

Nah itu aja dulu. Materi yang diajarkan Fandhi merupakan basic knowledge sebelum membuat sebuah gambar bergerak/animasi. Saya tidak mendalami bidang ini terlalu dalam karena ini bukan bidang saya, saya cukup penasaran untuk mengetahui bagaimana proses kreatif di balik sebuah animasi. Itu saja. Bagi kamu yang tertarik mengembangkan skill di bidang ini ada baiknya konsisten dalam mempelajari hal tersebut, bisa melalui tutorial-tutoral di internet atau belajar langsung dari ahlinya.

Untuk workshop animasi ini saya kudu berterima kasih kepada kawan saya Prasna dan Fandhi. Saya bisa simpulkan bahwa membuat animasi yang menjadi bakal film ataupun game ternyata gak mudah. 

Bicara soal animasi, khususnya film animasi pastinya gak bakalan habis. Saya ingat pertama kali saya nonton film animasi adalah film The Lion King klasik. Masih bocil saya tentunya dan nontonnya bareng orang tua. Duh so sweet sekali kala itu. Malah The Lion King (2019) saya belum sempat nonton. 

Banyak sekali film animasi yang tentunya memiliki moral value yang bagus dan bisa dijadikan teladan (film keluarga). Fim-film animasi favorit saya ya kebanyakan dari Pixar dan Disney. Sampai detik ini saya masih jatuh cinta pada Cars, Coco, Inside Out, Up, Wall-E, Finding Nemo, Big Hero 6, Monster inc, dan masih banyak lagi.

Pembuatan film animasi memang sangat kompleks. Bahkan risetnya bisa berbulan-bulan lamanya dan pembuatannya bisa memakan waktu lebih dari satu tahun. Bujetnya juga gak main-main cuy! Melibatkan tidak hanya profesional kreatif (tim teknis) tetapi juga orang-orang yang memiliki spesialisasi di bidang lain. Film Inside Out misalnya. 
Dalam proses pembuatan Inside Out tentunya melibatkan peran ahli psikologi. Sang sutradara, Pete Docter, menginginkan Inside Out memiliki unsur psikologi yang kuat, yang menjelaskan bahwa manusia memiliki emosi-emosi yang mendasar di dalam dirinya. Inside Out menampilkan sosok bocil bernama Riley dengan karakter-karakter emosi yang selalu membersamainya (gembira, sedih, marah, jijik, dan takut). 

Saya kutip dari temankita.com, "riset yang mereka lakukan membawa Inside Out ke dalam petualangan Paul Ekman, yang terkenal karena berhasil mengidentifikasi emosi-emosi universal manusia dari raut wajah. Hasil penelitian yang ditulisnya dalam buku Emotion in Human Face: Guidelines for Research and an Integration of Findings menunjukkan bahwa terdapat enam emosi dasar yang dimiliki manusia, yakni kelima karakter Inside Out, ditambah emosi terkejut (surprise). Karena sang sutradara merasa bahwa emosi terkejut mirip dengan rasa takut, akhirnya diputuskanlah bahwa lima emosi sajalah yang akan bermain sebagai pemeran utama dalam ‘menggerakkan’ sikap dan perilaku Riley."

Sedikit ulasan mengenai Inside Out. Semoga nanti saya bisa mereview film Inside Out di artikel saya yang lain.

Sekali lagi, produksi animasi ternyata cukup kompleks bukan? Yang saya ulas di artikel ini adalah tahapannya. Belum lagi risetnya, produksinya, bujetingnya, pemasarannya dan lain sebagainya. Kamu perlu tahu bahwa film animasi yang berdurasi singkat nyatanya tidaklah sesingkat proses pembuatannya. Ada kerja-kerja keras dan kerja cerdas di balik semua itu. Ada sekelumit proses yang mendasarinya.

6 komentar:

  1. Saya pernah ikutan semacam workshop tentang pembuatan animasi verita rakyat yang diselenggarakan pemkot Yogyakarta, daaan saya antara paham enggak paham bhahahahha ...maklumlah saya kan ikutan ndaftar pas bagian penulisan ceritanya, bukan teknis bikin animasinya.

    BalasHapus
  2. Udah lama sekali aku pernah baca tentang pembuatan animasi. Prosesnya cukup rumit dan butuh banyak waktu untuk mengerjakannya. Dan hal2 yg disampaikan di sini juga gak jauh beda dg yg pernah kubaca. Salut sama tim kreatif yg sabar untuk bikin film animasi.

    BalasHapus
  3. Aku selalu kagum dengan orang-orang hebat dibalik proses pembuatan animasi, Ta. Mereka tuh bisa simplifying the most complicated things kayak yang diwujudkan dalam film "Inside Out". Dari awal trailernya keluar, aku udah amaze banget dan makin tercengang lagi setelah tau behind the scene-nya kayak gimana. It's genuinely cool and amazing sih!

    BalasHapus
  4. wah mba ARinta tulisannya memberikan pengetahuan baru buat saya, saya sama sekali belum tahu proses pembuatan film animasi ini, ternyata memang prosesnya cukup rumit dna panjang, orang-orang yang berkecimpung pastinya memang sudah expert semua ya

    BalasHapus
  5. Keren banget ya ternyata proses pembuatan film animasi tuh! Waktu udah jadi filmnya aja udah melongo lihat visualnya, nggak heran kalau prosesnya rumit dan nggak seindah yang terlihat...

    BalasHapus
  6. Wow! sebuah karya yg bisa kita nikmati ternyata prosesnya panjang dan rumit ya. Beruntung ada aplikasinya ya, ga gambar 1 per 1 sampai ribuan.

    BalasHapus