Sabtu, 04 Mei 2019

Geliat Ekonomi dan Percik Inspirasi dalam Gelar Produk Makanan dan Minuman Istimewa 2019

Kita tengah memasuki era revolusi industri 4.0, sebuah tren di mana digitalisasi, akses terhadap teknologi informasi, pertukaran data begitu mudah dijangkau, selayaknya ada di genggaman tangan. Tak pelak, tren ini mengubah perilaku manusia dalam bersosialisasi maupun berbisnis (berwirausaha). Yups, tren ini membuat ekonomi (digital) kian menggeliat.

Berbicara mengenai geliat ekonomi dan wirausaha tak lepas dari peran sentral pelaku usaha level mikro dan menengah. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mencanangkan program 8 juta UMKM go online pada tahun 2019. Adapun jumlah pelaku usaha level UMKM di Indonesia mencapai 59,2 juta. Nah,  8% atau 3,79 juta pelaku usaha ini telah memanfaatkan kanal digital dan akses internet dalam memasarkan produknya. Data BPS menunjukkan kontribusi sektor UMKM pada terhadap ekonomi nasional (PDB) mencapai 60,34% (tahun 2018). Terkait hal ini, bisnis kuliner (pengolahan makanan dan minuman) serta fesyen masih menjadi primadona.

Pemerintah daerah melalui Dinas Koperasi UKM DI Yogyakarta tentu saja harus gercep alias gerak cepat menanggapi hal tersebut. Berbagai pelatihan dan pameran pun ditempuh untuk memberdayakan pelaku usaha (level UMKM) agar mampu menciptakan dan memperkenalkan produk lokal berdaya saing. Jika Anda menyambangi akun instagram PLUT-KUMKM Di Yogyakarta, Anda akan mendapatkan berbagai informasi menarik seputar pelatihan dan pengembangan bisnis serta wirausaha. Semisal bagaimana foto produk agar tampil cantik di media sosial, copywriting, desain kemasan produk, website sharing session for business, pameran produk, dan masih banyak lagi. Catat ya, baik pameran atau pelatihan tersebut adalah gratis!

Beruntung pada hari ini saya berkesempatan menghadiri di salah satu kegiatan pameran/gelaran yang diadakan oleh Dinas Koperasi UKM DI Yogyakarta bersinergi dengan PLUT-KUMKM Di Yogyakarta. Acara bertajuk Gelar Produk Makanan dan Minuman Istimewa 2019 ini bertujuan untuk memperkenalkan aneka produk olahan kuliner lokal ke masyarakat. Gelaran tersebut berlangsung dari tanggal 3-4 Mei 2019, berlokasi di kawasan Maliboro, tepatnya di eks Dinas Pariwisata DIY. Anda tidak dipungut biaya untuk datang ke gelaran tersebut, justru Anda bisa icip-icip penganan lokal dengan harga yang ramah di kantong. Bisa juga bawa oleh-oleh buat keluarga di rumah.

Nah inspirasi apa saja yang saya dapat dari Gelar Produk Makanan dan Minuman Istimewa tersebut?  Barangkali 6 kisah wirausaha lokal berikut mampu menginspirasi dan mengilhami Anda dalam mengembangkan sebuah bisnis.

Inspirasi #1. Inovasi Bisnis Dwi Martuti : Cokelat plus Pegagan, Kenapa Tidak?

Di Tangan Dwi Martuti, tanaman pegagan (Cantella asiatica) yang menjadi gulma atau tanaman liar diolah menjadi aneka penganan. Salah satunya adalah cokelat pegagan dengan branding Cokelat Won.Dis. WonDis sendiri berasal dari akar kata Pawon Gendis. Di bawah Kelompok Wanita Tani, cokelat pegagan ini diolah.
Siapa sih yang tidak doyan cokelat? Hampir semua orang pasti sukalah. Termasuka saya. Konon, segigit cokelat mampu membawa perasaan bahagia. Efek dari senyawa Theobromine dan Serotonin kali ya? Nah, apakah mood Anda berubah selepas memakan cokelat?

"Kelompok Wanita Tani Pawon Gendis berawal dari 29 ibu-ibu yang sekarang jumlahnya naik menjadi 40 orang." Tutur Dwi Martuti kepada Saya.

Pawon Gendis memberdayakan perempuan (ibu rumah tangga) di Dusun Kalibawang (Kulonprogo) agar produktif, kreatif, dan mampu menghasilkan nilai ekonomi. Cokelat pegagan adalah inovasi sekaligus diversifikasi yang tidak serta merta hadir, tetapi melalui serangkaian proses dan riset hingga menjadi cokelat pegagan yang enak buat dikonsumsi.

"Saya tinggal di daerah penghasil kakao yang melimpah. Namun, saat itu masih sedikit orang yang mengolah kakao menjadi cokelat." Dwi Martuti menambahkan.

Ini yang menjadi ide dasar mengolah kakao agar memiliki nilai lebih, sebab jika petani menjual kakao kering begitu saja, maka harganya jatuhnya rendah. Harus ada inovasi dan diversikasi produk. Adapun tanaman pegagan tumbuh liar di pinggiran sawah. Di Kulonprogo tanaman ini lebih dikenal dengan sebutan regedeg. Meskipun liar, daun pegagan dapat dimanfaatkan sebagai tanaman herbal, misal sebagai antiseptik. Kripik atau sayur berbahan pegagan sudah banyak yang buat. Bagaimana dengan olahan cokelat plus pegagan?

"Tahun 2015, inovasi cokelat pegagan ini berhasil meraih Penghargaaan Adhikarya Pangan Nusantara tingkat nasional kategori ketahanan pangan. Saya bertemu Presiden Jokowi dan memperkenalkan cokelat pegagan di istana." Ungkap Dwi Martuti dengan antusias.

"Tahun 2017, saya mendapat fasilitas alat olahan kakao untuk membuat permen cokelat. Tahun 2018 saya membuat bubuk cokelat. Tahun 2019 saya membuat rumah produksi cokelat. Tidak hanya menjual, saya bersama Pawon Gendis mengadakan edukasi, studi banding, penelitian, dan wisata kuliner mengenai cokelat dan olahannya. Sudah banyak mahasiswa dan beberapa dosen yang mengadakan penelitian di tempat saya. Beberapa waktu yang lalu, mahasiswa dari Fakultas Perikanan UGM menguji coba dan memadukan cokelat dengan spirulina." Pungkas perempuan yang pernah meraih 25 penghargaan di bidang wirausaha tersebut.

Cokelat Won.Dis sudah dipasarkan ke berbagai wilayah Indonesia. Cokelat Won.Dis dibanderol dengan kisaran harga Rp 15.000 hingga Rp 25.000. Karena penasaran saya beli cokelat pegagan seharga Rp 15.000 dan minuman cokelat rasa susu seharga Rp 15.000.
9 biji cokelat pegagan ini dibanderol dengan harga Rp 15.000. Dokumentasi pribadi
Kiri : owner Cokelat Pawon Gendis. Kanan : Saya. Dokumentasi pribadi
Jika Anda berkunjung ke Pawon Gendis di Kalibawang, Anda akan diperkenalkan aneka olahan pegagan (wisata kuliner) plus studi mengenai budidaya kakao dan pengolahan cokelat. Selain sebagai bahan baku campuran cokelat, pegagan di Pawon Gendis diolah menjadi dawet, masker, slondok, peyek, egg roll mocaf, pisang cokelat, lotek, dan lain-lain.

Apakah Anda terinspirasi untuk berbisnis cokelat, pegagan, atau keduanya? Jika Anda penasaran, silakan kunjungi instagram @won.dis atau hubungi  Dwi Martuti (WA) di nomor 081229509523.

Inspirasi #2. Olahan Cokelat Tempe Pawiro yang Krispi dan Rasanya Menggigit

Masih seputar cokelat. Namun cokelat yang saya ulas kali ini adalah olahan cokelat tempe dengan branding Pawiro Chocolate. Pawiro Chocolate diisiasi oleh Bu Dyah Sunanik pada tahun 2018. Bu Dyah Sunanik sebagai pelaku UMKM sudah lama berkecimpung dalam pembuatan produk kreatif. Berdasarkan penuturan beliau, produk Prawiro Chocolate telah merambah berbagai wilayah seperti Jakarta. Untuk wilayah Yogyakarta sendiri didistribusikan ke koperasi-koperasi di kampus, sekolah, pusat jajanan dan oleh-oleh, swalayan (Mirota, Raminten, Progo), dan sebagainya.
Bu Dyah Sumanik. Owner Pawiro chocolate. Dokumentasi pribadi
"Saya mau cerita dikit mbak. Jadi anak saya suka cokelat, pengen banget buat kudapan yang sehat, apalagi Indonesia penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, ini inspirasi awal saya membuat cokelat. Selanjutnya saya melakukan riset dan observasi mengenai cokelat dengan kombinasi tempe kepada anak SMA. kok banyak yang suka cokelat tempe buat saya ini. Akhirnya saya membuat olahan cokelat tempe." Dyah Sunanik menuturkan awal mula membuat cokelat tempe.

Cokelat tempe merupakan kudapan yang memanfaatkan potensi lokal yakni tempe. Tempe selain mudah didapatkan, harganya terjangkau, juga bergizi tinggi. Kaya akan protein nabati. Bu Dyah Sunanik sendiri merasa sayang ketika mendapat oleh-oleh cokelat dari luar negeri dengan bahan kacang-kacangan yang sangat mahal. Kalau Indonesia mampu membuat cokelat kombinasi bahan baku lokal, kenapa tidak? Akhirnya tempe dipilih menjadi bahan baku yang dikombinasikan dengan cokelat.
Bagaimana ya saya menjelaskan rasa cokelat tempe ini? Cokelatnya lumer di mulut, rasanya pahit manis (dark chocolate), dengan sensasi krenyes-krenyes di setiap gigitan.

Satu butir cokelat tempe dengan berat 11 gram dibanderol dengan harga eceran Rp 1.500 saja. Masa simpan kurang lebih 10 bulan di suhu ruangan. Di letakkan dalam freezer atau lemari es bisa jauh lebih tahan lama.
Satu biji cokelat mungil ini hanya Rp 1.500 saja
"Cokelat Tempe Pawiro baru mendapat izin PIRT pada Maret 2018. Setelah mendapat ijin tersebut saya bisa memasarkan ke berbagai swalayan yang ada di Jogja."

Anda tertarik menjadi distributor, reseller, atau sekadar membeli cokelat tempe Pawiro ini buat oleh-oleh keluarga? Silakan kunjungi instagram @pawirochoc dan WA di nomor 085878994800.

Inspirasi #3. Maknyusnya Geblek khas Kulonprogo Mister Telo. 
Pak Supriadi, owner geblek mister Telo. Dokumentasi pribadi
Bagi yang belum tahu apa itu geblek, mari saya jelaskan secara singkat. Geblek merupakan kudapan tempo dulu yang berbahan saripati singkong. Geblek ini banyak diproduksi di Kulon Progo. Pak Supriadi mengawali karir pada tahun 2006 dengan memproduksi tepung tapioka. Seiring berjalannya waktu, Pak Supriadi menganalisis margin tertinggi untuk olahan tepung tapioka jatuh pada produk apa ya? Ternyata geblek singkong yang sudah matang. Setelah melalui serangkaian uji coba, Pak Supriadi merintis usaha geblek dengan rasa original dengan branding Mister Telo. Pada tahun 2015, mulailah dibuat kemasan geblek dengan kemasan vakum, biar kedap udara dan lebih tahan lama. Tahun berikutnya dibuatlah berbagai varian rasa dengan bahan baku ikan tuna, tenggiri, dan udang. Varian ini lebih bergizi karena mengandung ikan laut. Oh iya, usaha ini udah mendapat izin PIRT dan sertifikasi halal lho.

"Di Kulon Progo saya ada 3 outlet, di Wates juga 3 outlet. Saya aya memasarkan produk Geblek Mister Telo ini di swalayan (Mirota) dan toko oleh-oleh. Saya juga pernah ikut pameran produk atau acara-acara seperti  di Sunmor dan Pasar Sekaten."

"Mengenai produksi, tidak satu bulan full saya memproduksi geblek. Masa produksi dihitung 23 hari saja atau 5 hari kerja/minggu. Dalam waktu satu hari kapasitas produksi Geblek Mister Telo mencapai 150 kg hingga 200 kg. Ketentuannya 50% dijual secara curah dan 50% dijual secara kemasan untuk diecer di swalayan, pusat oleh-oleh, pameran, dan sebagainya.
Pak Supriadi menambahkan bahwasanya beliau sangat terbuka untuk memberikan pelatihan pembuatan geblek bagi yang berminat. Siapa tahu ada mahasiswa atau pelajar yang ingin belajar cara membuat geblek. Untuk pelatihan, Pak Supriadi tidak mematok tarif alias gratis. Itung-itung sedekahlah, kata beliau. Pelatihan bisa dilakukan di kantor pusat (Kalibawang). Melalui pelatihan pengolahan geblek, peserta bisa belajar mengolah adonan hingga menjadi produk siap santap.

Pak Supriadi merupakan inisiator dan penggerak usaha geblek di Kulon progo. Tak heran beliau mendapat penghargaan wirausaha dari pemerintah daerah setempat dan piala kreanova pada tahun 2016.

Saya sendiri pemasaran dengan rasa geblek ini. Apalagi yang udang dan tenggiri. Untung ada testernya. Rasanya maknyus. Kenyal-kenyal gimana gitu, apalagi kalau panas plus ada sambalnya. Wahhh... Setelah mencoba 2 varian rasa (udang dan tenggiri), akhirnya saya memutuskan membeli geblek dengan rasa original untuk disantap bareng-bareng sama anak kos.

Anda yang berminat berbisnis geblek atau penasaran pengen icip-icip rasanya, silakan kontak di WA dengan nomor 082138106976 atau email : supriyadiyanti@gmail.com.

Inspirasi #4. Ingin Belajar Bisnis dan Meracik Bakpia? Bakpia Menuk Jawabannya. 

Jogja surganya kuliner, eh surganya bakpia juga ding. Maklum banyak tempat produksi bakpia di sini. Mau bakpia model apapun ada di Jogja, Bakpia kukus, bakpia bakar, bakpia basah, dan lain sebagainya. Harganya pun bervarias, mulai dari Rp 15.000/pack hingga level premium dengan harga lebih dari Rp 50.000/pack.

Di Gelaran Produk Makanan dan Minuman istimewa ini saya bertemu Bu Hesti yang memperkenalkan produk Bakpia Menuk.

"Silakan Mbak dicoba dulu testernya." Saya pun menjajal tester tersebut. Rasanya krispi di luar, lembut di dalam.
Harga Bakpia isi 10 mulai 20 rebu. Dokumentasi pribadi
Jadi Bakpia Menuk ini memiliki 10 varian rasa, beberapa di antaranya yakni keju, cokelat, susu, salak, green tea, ubi ungu, dan kumbu hitam. Soal harga, Bakpia Menuk isi 10 biji dibanderol Rp 23.000/pack, adapun isi 15 biji dibanderol Rp 35.000/pack. Usaha Bakpia Menuk dibuka pada tahun 2018 dalam bentuk CV. Cahaya Citra Food. Bakpia Menuk sudah memiliki izin PIRT dan sertifikat halal lho, jadi produk tersebut sudah aman dan dijamin kehalalannya ketika dikonsumsi.

Kalau Anda berstatus pelajar, tertarik dengan bisnis bakpia, dan ingin mempelajari bagaimana mengolah bakpia, Anda ikut program study tour di Bakpia Menuk untuk satu rombongan. Setiap peserta membayar uang sebesar Rp 50.000 untuk ditukar dengan praktek membuat bakpia, study bisnis bakery, sertifikat pelatihan, lunch box, dan 1 box bakpia hasil produksi. Murah bukan? Bagi yang mau tanya-tanya silakan hubungi Hesti dengan nomor WA 087705378763. Bagi Anda yang tertarik membeli Bakpia Menuk silakan kunjungi www.bakpiamenuk.com atau 082257854345.

Inspirasi #5. Soklat Es Cokelat : Cokelat Bintang Lima Harga Kali Lima
Segernya es kuwut. Dokumentasi pribadi
Siang itu sangat panas. Mencekat. Membuat jiwa-jiwa yang kehausan bin kegerahan mencari minuman pelepas dahaga, apalagi kalau bukan menikmati Soklat Es Cokelat dan Es Kuwut. Untuk es kuwutnya satu gelas plastik harganya Rp 10.000 dan es cokelat Rp 8.000 saja. Saya mencoba keduanya. Kebetulan saya sedang haus-hausnya. Di sela-sela minum, saya tertarik mengobrol dengan Pak Pami Dwi Anggoro, pemilik usaha Soklat Es Cokelat. Usaha yang bermarkas di Pujowinatan PA 1/734 ini mulai didirikan pada tahun 2015 dengan berjualan di Pasar Malan Sekaten selama 30 hari.

"Pada saat itu saya mendapat stand dengan ukuran 1x1 meter. Saya bingung mau diisi apa ini stand. Kebetulan istri saya ini doyan minuman cokelat di setarbak. Kan lumayan harga per cup minuman di sana. Akhirnya saya mencoba menjual minuman cokelat seperti yang ada di kafe mahal tersebut dengan harga kaki lima. Responnya positif. Kebanyakan yang membeli minuman cokelat saya adalah mahasiswi. Pada saat itu (tahun 2015), harga per cup Rp 5.000 saja."

Cukup terjangkau bukan?

"Tak disangka selama 30 hari berjualan di Sekaten saya punya modal untuk buka booth di daerah Janturan. Tahun 2016, saya buka booth lagi di daerah Glagah, Kotagede, Berbah, bahkan beberapa meminta usaha dibikin franchise."

Jika dilihat usaha minuman ini cukup potensial. Apalagi jika dijual di daerah kampus atau dekat dengan pusat keramaian.
"Nah, kalau bubuk cokelat ini harganya Rp 18.000/bungkusnya. Bubuk cokelat ini sudah dijual hingga ke Palu dan Makassar.

Bagaimana? Apa Anda melirik usaha minuman cokelat? Jika mau tanya-tanya atau tertarik buat membeli cokelat kemasan silakan kontak Bu Farida dengan nomor WA 082313114668 atau instagram @soklatescoklat.

Inspirasi #6. Jamune Biyung : Anak Sakit Menjadikan Menjadikan Biyung Yayuk Terjun Ke Bisnis Jamu
Biyung (ibu) Yayuk memulai berbisnis jejamuan pada tahun 2017. "Awalnya saya khawatir dengan banyaknya sakarin dan pemanis buatan pada minuman kemasan. Apalagi anak saya mengalami gagal ginjal." Kenang Biyung Yayuk.

Biyung Yayuk baru menyadari bahwa anaknya mengalami gagal ginjal saat sang anak berusia 13 tahun. Selama perawatan sang anak, Biyung Yayuk menemukan banyak pasien karena tingginya konsumsi sakarin/pemanis buatan pada minuman ringan. Tak menyerah, Biyung Yayuk memulai usaha minuman herbal (jejamuan) dengan mengolah empon-empon seperti kunyit, asem, dan temumangga. Alasan lain membuat jamu karena jamu merupakan pengobatan tradisional yang memiliki peranan mengobati penyakit di negara berkembang. Diperkirakan sekitar 70-80% populasi penduduk di negara berkembang memiliki ketergantungan terhadap jamu dan ramuan tradisional lainnya.
Seorang pengunjung bertanya tentang khasiat olahan Jamune Biyung. Dokumentasi pribadi
"Sangat bersyukur setelah minum jamu anak saya semakin membaik kesehatannya."

Saat ini omset usaha Jamune Biyung mencapai 100%. Biyung Yayuk memproduksi jamu secara harian. Biyung Yayuk pernah menerima order 500 hingga 1500 botol jamu untuk  acara pernikahan, reuni, coffe break, dan sebagainya. berkat usahanya, Biyung Yayuk pernah diminta mengisi acara kampanye kesehatan salah satu rumah sakit di Yogyakarta.
Pilih kunir asem atau gula asem? Dokumentasi pribadi
Sebotol hanya Rp 5.000 saja. Dokumentasi pribadi
Saya pribadi penasaran dengan jamu rasa gula asem. Jujur saya takut minum jamu karena khawatir dengan pemanis buatan. Akan tetapi setelah mendengar penjelasan Biyung Yayuk saya berani mencoba jamu rasa Gula Asem. Seger banget pokoknya. Apalagi bila dimasukkan freezer.

Harga per botolnya murah meriah lho, cukup merogoh kocek Rp 5.000 saja Anda dapat minuman herbal dengan bahan-bahan alami ini.

Apabila Anda tertarik bekerjasama/menjadi reseller Jamune Biyung silakan hubungi WA dengan nomor 082327697775 atau DM akun instagram @jamunebiyung.

Gambar-gambar di bawah ini merupakan dokumentasi yang berhasil saya jepret sebelum balik kosan.
Lihat apa mas? Stan Bandeng Presto dan makanan ringan. Dokumentasi pribadi
Ada yang coba tester Bakpia Citra? Stan Bakpia Citra. Dokumentasi Pribadi
Ibu-ibu kalap di stan Brownies Kukus Melinda. Dokumentasi Pribadi.
Semakin siang beberapa pengunjung dari Malioboro melirik stan-stan yang ada di Gelar Produk Makanan dan Minuman Istimewa. Stan brownies kukus Melinda yang tadinya sepi pembeli, kini diserbu pengunjung. Beberapa pengunjung tersebut membeli brownies Melinda.

Sayang sekali saya tak bisa berlama-lama di gelaran tersebut. Setidaknya saya dan Anda yang membaca artikel ini mendapat secercah inspirasi mengenai keuletan dan perjuangan wirausahawan lokal dalam mengembangkan bisnis. Lihatlah, geliat ekonomi terbangun dari para pelaku UMKM yang pantang menyerah ini!

Teruslah berjuanglah!

Sampai jumpa di gelaran tahun depan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar