Jumat, 18 Januari 2019

Liburan Asyik Bersama Zenbook S UX391UA : Menjadi Bermakna di Belantara Digital

"While learning is great, creating is even more meaningful, addictive, and joyful. Make sure to make creating a priority in 2019" (Sachin Rekhi via twitter @sachinrekhi)

"Menurutmu gimana ya Rin membuat liburan semester ini menjadi semakin asyik, bermakna, dan menyenangkan? Aku bosan gini-gini mulu?" Tanya Zoya menjelang liburan semester. Ya, UAS baru saja selesai dan Zoya si cewek Borneo ini bingung mau menghabiskan liburan ke mana. Sementara aku masih merancang to do list hal apa saja yang akan aku kerjakan selama liburan panjang ini. 

Learningful, meaningful, and joyful? Hmmm...

"Zoe, kamu kan bisa menjelajah goa, tuh pacarmu kan gabung di BSG." BSG singkatan dari Biospeleology Studien Gruppen - sebuah kelompok studi yang mengkaji goa dan hal-hal yang berkaitan dengannya. "Ajak dia gih buat ekplorasi kawasan karst di Nglanggeran, Ponjong, atau apa kek. Neliti ordo chiroptera (kelelawar) yang menggantung di langit-langit goa juga oke tuh." jawabku sekenanya.

Mata Zoe menyipit. "Dih aku gak suka kelelawar. Geli aku ngeliatnya." Bahasa tubuh Zoe mengindikasikan kejijikan. "Lha kamu sendiri ada rencana mau ke mana?" 

"Zoe, aku kayaknya gak pulang deh liburan ini. Aku dah bilang ortuku. Bentar lagi ada monitoring dan evaluasi PKM (Program Kreativitas Mahasiswa). Meski gak ikut PKM secara langsung, tapi  aku kan didaulat jadi mentor buat rekanku. Sisanya aku gunakan buat ngerjain skripsi"

Hening.

"Zoe, aku tertarik sama digital essay competition yang kamu kasih liat ke aku beberapa waktu lalu. Aku pengen bikin esai tentang konservasi." Beberapa waktu lalu Zoya memberikan informasi mengenai sebuah kompetisi esai bidang lingkungan hidup dan harus dipublikasikan secara digital di microsite penyelenggara. Hadiahnya lumayan cuy, juara 1 dapat laptop. Kebetulan banget aku butuh laptop baru.

"Tapi aku bingung mau bagaimana bikin kontennya. I have no idea, Zoe."

Hening lagi ...

Zoya yang aslinya petakilan kadang sedikit baperan, diam sejenak. Mikir. Tiba-tiba matanya membulat. Pupilnya berbinar. Senyumnya membuncah. Wajahnya mengekspresikan keriaan. Jemarinya yang lentik memijat-mijat ponselnya barang beberapa saat. Sepertinya dia mengontak seseorang.

"Arinta, aku jamin deh liburan kali ini bakalan tak terlupakan! Percaya deh sama aku!"

Zoya bilang demikian sampai 3 kali lho.

Liburan kali ini bakalan seperti apa Zoe?
***
Keciap burung-burung dan kokok ayam bersahutan. Sang mentari mulai mengguratkan sinarnya di bumi Yogyakarta. Sensasi segar dan panas menyeruak, membaur bersama tetesan embun. Suasana seperti ini sangat cocok buat sekadar lari pagi bukan? Tapi aku memutuskan untuk tidak lari pagi. Ada agenda penting yang harus aku kerjakan hari ini bersama anak-anak Herbiforus. Aku mau mengerjakan riset, sulam mangrove, sekaligus berlibur. Semoga liburanku  kali  ini menjadi asyik dan menyenangkan. Aku sekaligus berencana bikin konten mengenai konservasi bakau di kawasan Pantai Pasir Mendit, tepatnya di Wisata Hutan Mangrove Wana Tirta, Kulonprogo. Kamu pernah dengar atau ke sini sebelumnya?

Aku harus mempersiapkan segalanya. Kaos kaki harus bawa dua pasang. Satu buat nyebur ke rawa hutan mangrove. Satunya lagi buat dipakai di perjalanan. Demikian jilbab, celana, dan juga baju. Semua serba dobel. Tas berisikan laptop, camilan (oh ini wajib ya!), buku catatan, dompet, dan apalagi ya? Tasku udah kayak ikan kembung gitu. Laptopku udah berat, ditambah pakaian ganti pasti tasku tambah berat.
Ke mana pun bepergian. Jangan lupa bawa ASUS selalu
Kami berangkat bareng-bareng naik bis. Satu-satunya anak yang kukenal adalah Hindun Hidayatun Naimah, anak pendidikan biologi. Tapi kan Hindun jadi panitia, sedangkan aku peserta. Zoya sendiri gak bisa menemaniku karena dia pergi bersama pacarnya di Watu Tapak. Bis mulai melaju. Bis penuh dengan anak-anak biologi dan aku halo? Demi apa coba aku anak akuntansi bisa nyasar sampai ke sini? Aku berhutang budi sama Zoe nih udah kasih info mengenai kegiatan ini.

Oh ya aku belum menceritakan Herbiforus. Jika BSG adalah kelompok studi mengenai goa, Herbiforus lebih mengarah pada keilmuan dan keahlian pengelolaan tumbuhan. Kedua kelompok ini bergerak dan bernaung bersama Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Negeri Yogyakarta. Kamu bisa check ke instagram @herbiforus. Di sana kamu bisa mendapat pengetahuan dan informasi mengenai bebungaan, umbi-umbian dan tanaman lain, mulai dari  nama ilmiahnya, persebarannya, asal daerahnya, cara  pembudidayaannya dan lain sebagainya. Empat bidang kajian Herbiforus meliputi bidang kajian tanaman obat, pangan, konservasi, dan tanaman hias.  Herbiforus juga pernah mengadakan pelatihan hidroponik dan terrarium untuk mahasiswa. Asyik kan kalau kayak gini caranya? Learning dapat. Meaningful juga iya!

Sesampainya di lokasi, kami pun bersiap. Namun sebelum terjun langsung ke hutan mangrove, kami diajak bersosialisasi mengenai sejarah kawasan ini plus disuguhi penganan lokal yang rasanya ciamik. Aku paling suka bakwan udangnya. FYI, Selain digunakan sebagai kawasan wisata konservasi, demi meningkatkan taraf perekonomian, warga sekitar membudidayakan udang vaname.

Aku meletakkan tasku yang berat itu dan mengambil 2 ikat bibit bakau. Kasihan laptopku di dalam kesenggol-sengol gitu dengan tas lain milik panitia dan peserta. Belum lagi di dalam bis yang penuh guncangan. Kebayang gak sih khawatirnya aku? Aku takut laptop Asusku kenapa-napa. Mana ini laptop baru saja diinstal ulang karena kena malwareBertahan barang sejenak ya nak, ibu mau menyusuri sepanjang payau buat tanam nih bakau.

Bersiap-siaplah terjun ke air dan basah-basahan, Arinta. Hari ini akan ada 1000 bibit bakau yang hendak ditanam. Kita perlu menyeberang dengan perahu untuk menanam bakau di daerah yang agak gundul. Sebisa mungkin pakai kaos kaki ya gaes, sebab di payau banyak cangkang kerang, sisa-sisa terumbu karang, aneka benda tajam dari biota laut lainnya. Setidaknya kaos kaki menjadi pelindung pertama kulit kita. Kalau mau pake sendal/sepatu/boot juga bisa, tapi agak berat buat berjalan dalam air nantinya.
"Jagalah Hutan Mangrove. Demi Anak Cucu Kita" Gitu Pesan Singkatnya
(Dokumentasi Sebagian Milik Herbioforus & Paling Bawah Milik Pribadi)
Selepas zuhur, kami sholat, makan, dan diperkenankan istirahat. Selesai sholat dan makan, kumanfaatkan sedikit waktu untuk berburu informasi berbincang dengan Mbah Warso Suwito, tokoh sentral di balik Ekowisata Hutan Mangrove Wana Tirta di kawasan Pasir Mendit ini. Mbah Warso pernah didaulat sebagai kader terbaik Kementerian Kehutanan pada tahun 2014. Selain itu, beliau juga terpilih sebagai juara pertama kader konservasi dari pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Mbah Warso terbuka dan ramah kepada siapa saja. Mbah warso mampu merangkul berbagai kalangan. Mulai dari pejabat, LSM, aktivis lingkungan hidup, hingga mahasiswa. Sudah banyak kampus yang menyambangi kawasan tersebut, apalagi kalau bukan untuk riset dan aksi tanam bakau.Lumayan kan informasi yang aku kulik bisa buat bahan esai digital nanti.

Kawasan hutan bakau di Pasir Mendit bisa dikatakan sebagai kawasan terluas dan terbaik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa jenis bakau tumbuh di kawasan ini, sebut saja Bruguiera cylindrica, Rhizophira mucronata, dan Avicennia alba. Tidak hanya bakau, di kawasan ini ada juga vegetasi lain seperti cemara udang dan nipah. Aku pikir informasi ini sedikit banyak mampu kuolah menjadi bahan esai digital.

Keasyikan mengobrol, tetiba indikator baterai di laptopku menjerit-jerit. Aku butuh colokan. Colokan mana colokan? "Kak, ada colokan yang nganggur enggak? Tanyaku pada salah satu panitia.

"Wah kayaknya kepake semua dek, coba yang di sebelah sana." Semoga masih ada ya.

Ini nih alasan kenapa aku butuh laptop baru. Laptopku udah purba banget. Udah uzur lebih tepatnya, termakan waktu dan perasaan, #eh. Laptop Asus ini sudah menemani semenjak aku duduk di bangku SMA hingga menjadi mahasiswa berprestasi karatan. Laptop Asus seri K410 dengan Intel Core 2 Duo ini dibekali Nvidia Geforce 310M (512 MB). Kebayangkan kalau diisi game macam Resident Evil 4 dan Prototype, ngelagnya kayak apa. Padahal itu game lawas. Jangan tanya jika dimainkan Resident Evil 7. Mampus kali laptopnya. Aku paling susah banget kalau ngedit video, rendernya masya allah. Lama. Udah gitu kalau ngelag di tengah jalan suka bikin KZL. Untuk buat konten grafis aku gak pakai Photoshop dan CorelDRAW. Tahu dirilah kalau Photoshop dan CorelDRAW rada berat di laptopku. Aku cukup pakai Inkscape plus Photoscape saja. Laptopku ini paling jos buat ngerjain tugas kampus. Untuk aktivitas multitasking jangan ditanyakan ya. Gak kuat.

Laptopku mampu bertahan kurang dari 20 menit saja. jika tidak segera di-charge. Ya matilah. Makanya ke mana-mana aku harus bawa charger yang ukurannya segede gaban dan bisa buat lempar maling. Udah gitu, berat lagi. Beban banget bagi aku sebenarnya. Setiap ke kampus aku harus bawa beban di pundak sebesar 2 kg, belum termasuk buku-buku akuntansi lho ya. Beban di pundak semakin bertambah saja. Coba kalau ada bahu yang bisa kusandarkan. Eakkk.
Doakan ya gaes, supaya aku meraih juara 1 kompetisi esai digital. Aminnn.

Menjadi Bermakna di Belantara Digital Bersama Zenbook S UX391UA

4 minggu setelah kompetisi esai digital berakhir...

"Woy Nyet! kadal gurun! Bangun. Ini udah jam berapa? Tidur mulu. Dasar kebo!" Teriak Zoya ketika mendatangi kosku. Pintu kos sengaja tidak aku kunci karena Zoya akan datang. Tanpa tedheng aling-aling atau uluk salam dia mengagetkanku. Aku masih ngantuk dan malas-malasan buat bangun.

"Ih nih bocah pagi-pagi sudah mengabsen seisi kebun binatang aja." Bikin KZL sih Zoya kadang.

"Aku bawain bubur ayam dan camilan. Bangun gih. Cuci muka. Kita sarapan bareng"

"Kamu tengil, tapi paling pengertian Zoya. Klo kamu cowok pasti udah kujadiin pacar hehehe." Sebuah guling mendarat di mukaku. Ekspresi Zoya benar-benar meledekku seolah-olah bilang gini, Jones mulu sih kamu Arinta, makanya cari pacar!

Selesai sarapan Zoya bertanya, "Gimana kompetisinya? Udah pengumuman belum?"

Aku menghela napas.

"Aku gak menang Zoe. Aku cuma masuk daftar 100 artikel terbaik. Padahal Aku udah usaha maksimal banget. Kamu tau kan Zoe klo aku benar-benar butuh laptop baru."

"Jangan sedih gitu dong Arinta. Kudu semangat. Ingat pesertanya lebih dari seribu orang, kan? Menjadi 100 besar itu udah bagus kok." Zoya berusaha menghiburku. "Gini, kedatangan aku ke sini mau ngasih kabar gembira sih ke kamu. Ada kompetisi blog yang hadiahnya laptop keren. Mau ikutan gak?

"Aku udah males, Zoe." jawabku.

"Ih kalau kamu tahu harga dan spesifikasi laptopnya kamu bakalan ngiler deh. Nih aku kasih liat ke kamu."

Zoya menunjukkan sebuah postingan dari blog Mira Sahid. Zenbook S UX391UA? Astaga naga. harga laptopnya setara biaya hidupku 2 tahun di Yogyakarta. Sebagai pengguna ASUS, siapa yang gak tertarik coba buat memiliki si Zenbook ini. Udah gitu spesifikasinya. Alamak. Berasa jadi seorang eksekutif muda!
Zenbook S UX391UA. Laptop idaman jaman now. Dokumentasi Mira Sahid.
Zoya menambahkan,"Arinta, meskipun kamu gak menang, kamu udah menjadi bermakna di belantara digital. Di jaman seperti sekarang ini bertebaran tulisan click bait yang mengarah pada hoaks dan ujaran kebencian. Kamu udah bagus bikin konten tentang konservasi. Lebih bermanfaat. Siapa tau ada orang yang baca tulisanmu, lalu tertarik berkunjung ke Pasir Mendit. Siapa tahu ada organisasi lingkungan hidup atau pengusaha yang memiliki niat untuk berdonasi uang/bibit bakau di sana. Kunjungan wisatawan turut mendongkrak roda ekonomi warga sekitar. Secara tidak langsung, kamu berkontribusi untuk Pasir Mendit. Kamu juga dapat suasana liburan yang learningful, meaningful, dan joyful kan? Kamu gak rugi kok. Kamu bisa bikin konten positif, kamu juga dapat liburan asyik penuh makna. Double kill!"
***
Menjadi bermakna di belantara digital? Ada benarnya juga sih si Zoya. Tentu saja Zenbook S UX391UA mendukung banget gaya hidup digital nomad milenial seperti aku. Ngerjain job konten di coworking space, kadang di kampus, kadang di kafe, serba nomaden dan remote pokoknya.

Apalagi tahun ini aku ada rencana gabung di Genpi. Tahu Genpi? Genpi singkatan dari Generasi Pesona Indonesia. Genpi dapat dikatakan sebagai komunitas yang dibentuk oleh Kementerian Pariwisata berisi influencer yang terdiri atas blogger, vlogger, fotografer, social media enthusiast, dan kreator konten lainnya. Genpi hadir dan turut berkontribusi membangun citra positif pariwisata Indonesia. Anak Genpi sering banget bikin trending topic dan konten viral di twitter. Hestek-hestek mainan anak Genpi selalu diawali dengan kata #Pesona, #Festival, #DestinasiDigital, dan masih banyak lagi. Commercial value yang diciptakan Genpi juga gak main-main. Misal nih Destinasi digital Pasar Karetan di Kendal yang disounding anak-anak Genpi berhasil meraih income sebesar 35 juta di penghujung 2017 silam. Ini baru satu contoh. Padahal ada banyak pasar yang dijadikan destinasi digital oleh Genpi. Nancep banget deh kalimat "bermakna di belantara digital."

Selepas selesai kuliah aku ingin bekerja di ranah digital, menjadi social media influencer atau full time blogger misalnya. Laptop dengan high performance seperti Zenbook S UX391UA menjadi sangat berarti bagiku. Gimana gak mupeng kalau liat spesifikasi yang ditawarkan? Kehadiran Zenbook S UX391UA semakin mendukung kerja-kerja senyap namun bermakna di belantara digital.

Anyway, di antara dua warna pilihan Zenbook S UX391UA yakni Deep Dive Blue dan Burgundi Red, aku pilih yang Burgundi Red. Entah kenapa aku suka aja warna ini. Lebih keliatan misterius sekaligus tegas menurutku. Kalau kamu?

Berikut alasan kenapa aku jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihat impresi dan performa Zenbook S UX391UA. Dijamin si zenbook gak bakalan bikin kamu patah hati.
Kamu pernah enggak mengalami kejadian kayak kejadian gini, lagi ngerjain tugas, gak sengaja teman kamu nyengol laptop di atas meja. Laptop tersebut jatuh. Kemudian layarnya retak atau ada bagian tertentu yang malah jadi eror. Wah jangan sampai deh kamu mengalami kejadian kayak gini.

Untungnya Zenbook S UX391UA sudah melalui serangkaian uji yang disebut Military Grade MIL-STD 810G. Beberapa uji yang tersebut meliputi : low temperatur test, high temperature test, altitude test, humidity test, drop test, vibration test, dan masih banyak lagi. Hal ini menunjukkan bahwa Zenbook S UX391UA memiliki kemampuan melindungi diri dari goncangan, benturan keras, panas ekstrim, dan sebagainya. Pokoknya anti retak-retak club deh. Jatuh dari atas meja, masih aman. Kamu duduki si Zenbook, masih aman. Kamu masukkan ke kulkas, masih aman. Kamu bakar...ya jangan! Mending si zenbook kamu kasih ke aku jika sudah merasa bosan. :p

Aku membayangkan betapa asyiknya traveling bersama zenbook. Apalagi aku ada keinginan masuk Genpi tahun ini. Apapun momennya, segalanya bisa menjadi asyik, menyenangkan, dan bermakna bukan? Menjadi bermakna di belantara digital? Ayok!

***
"Arinta, serius amat baca spesifikasi Zenbook S  UX391UA..."

Zoya menyadarkanku bahwa aku masih hidup di dunia. Aku memang lagi searching informasi mengenai si Zenbook. Kalau sudah fokus, kadang aku gak sadar diri, kalau di sebelahku ada yang nyeletuk.

"Gile bener nih laptop, Zoe. Mupeng aku dibuatnya. Masa si Zenbook memiliki sertifikasi uji Military Grade MIL-STD 810G? Alamak RAM-nya aja udah 16 GB. Bisa mendukung kinerja multitasking ya Zoe. Belum fitur unggulan lainnya"

"Jadi Arinta, kamu nanti mau ikut kompetisi blog ASUS x Mira Sahid ini Gak?" Pungkas Zoya.

Hmmm ikut enggak ya? Menurut kamu, mending aku ikut atau enggak?

TAMAT 

Catatan :

*Terima kasih saya ucapkan kepada Himabio UNY, Herbiforus dan Ketua Herbiforus periode 2018, Lexy Jalu sehingga saya bisa menyusun tulisan ini.

*Sumber referensi untuk tulisan ini diambil dari web ASUS Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar