Rabu, 12 Desember 2018

Ngobrol Bareng MPR RI dan Bicara 4 Pilar Kebangsaan

Di linimasa instagram saya menemukan sekelompok anak muda yang membuat gerakan meruwat tolerasi, mewartakan keberagaman, dan menjaga marwah Pancasila. Sekelompok anak muda ini resah dengan banyaknya berita hoaks dan ujaran kebencian yang membuncah di kanal media sosial kita. Sekelompok anak muda ini melakukan aksi nyata, berkolaborasi dengan kelompok milenial lain untuk mewujudkan ide baru untuk Indonesia lebih damai. Siapa mereka? Mereka adalah sekelompok anak muda yang tergabung dalam @sabangmerauke. Anak-anak muda yang terpilih dalam  program @sabangmerauke nantinya akan menjadi duta perdamaian di daerah masing-masing dan membuat ide/project yang berguna bagi lingkungan sekitarnya. 

Saya kira gerakan semacam ini bukanlah satu-satunya. Saya pernah ikut camp yang diadakan Duta Damai Yogyakarta. Kemenpora pun membentuk Kirab Pemuda yakni sebuah perjalanan napak tilas membangun NKRI, meruwat kebhinekaan, menghargai nilai-nilai Pancasila dan keberagaman dengan cara melintasi seluruh provinsi yang ada di Indonesia. 

Wah keren ya Kak Arinta. Ada lagi?

Tak mau kalah, MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) juga melakukan hal yang sama. MPR seperti yang kita ketahui merupakan lembaga tinggi negara yang salah satu fungsinya mengubah dan menetapkan Undang-undang Dasar mengadakan acara sejenis. Pada 18-19 Maret 2016, MPR bersama pegiat media sosial Jogja mengadakan Netizen Jogja Ngobrol Bareng MPR RI di Hotel East Park. Saya adalah peserta netizen gathering tersebut. Selama 2 hari peserta diajak untuk berdiskusi dan mendengarkan pemaparan mengenai sosialisasi 4 pilar kebangsaan. Jarang-jarang saya bisa mengikuti acara seperti ini, apalagi bertemu langsung dengan pejabat negara yang berada di kantor pusat, Jakarta. Bercengkarama, urun rembug, dan beroleh pengalaman serta teman baru. 

Nah gaes, pada tahun 2018 MPR mengadakan kembali netizen gathering di Hotel Satoria dengan melibatkan blogger Jogja. Saya tidak mungkin tidak melewatkan acara tersebut karena bagi saya acara  Netizen Gathering ngobrol Bareng MPR RI ibarat nostalgia. 
Acara Ngobrol Bareng MPRI RI ini dipandu oleh MC cantik, Kak Mira Sahid dan Kak Nurliya. Sambil menunggu Pak Ma'ruf Cahyono (Sesjen MPR RI) datang, kami diajak berkenalan, walau kami sudah saling kenal sih hehehe. 
Pak Ma'ruf tiak sendiri ternyata, hadir beliau didampingi Bu Siti Fauziah (Kepala Biro humas MPR) dan Mas Andriyanto ( Kepala Bagian Pengolahan Data Sistem Informasi/PDSI). Selain sosialisasi 4 pilar kebangsaan, Pak Ma'ruf bercerita tentang kondisi yang negeri ini yang terpecah belah karena politik praktis. Ini berbahaya karena bisa merusak keberagaman dan persatuan bangsa. 
Dari tadi ngomongin sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan mulu...btw apa itu 4 Pilar Kebangsaan, Arinta? Ada yang tahu dan hafal 4 pilar kebangsaan itu terdiri dari apa saja? Empat pilar tersebut meliputi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 45. Emang apa pentingnya 4 pilar itu Arinta? Empat pilar tersebut bisa dikatakan sebagai fondasi atau elemen penting berdirinya negara Indonesia. Indonesia sebagai negara multikultural sangat menjunjung tinggi nilai-nilai beragama dan keberagaman. Founding fathers kita cerdas ya gaes. Bukan liberalisme atau komunisme yang menjadi ideologi negara tetapi Pancasilalah yang mengikat dan mengakar menjadi landasan negara. Catet ya gaes. Oleh karena itu penting sekali mendiskusikan 4 pilar kebangsaan di suatu forum secara terbuka mengingat topik seperti ini dirasa cukup berat. 

1. Pancasila

Hareeee geneee masih ada yang gak hafal Pancasila? Wah keterlaluan kalau sampai gak hafal. Gak dapet sepeda kalau gak hafal Pancasila, hahaha.  Lha wong setiap hari senin pas upacara pengibaran bendera kita kudu melantangkan Pancasila, masa sampai setua ini belum hapal. Generasi tua aja hafal, apalagi milenial seperti kita.

Bhaique, sekadar mengingatkan kembali, Arinta akan tulis 5 sila dalam Pancasila. 
1. Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. 
3. Persatuan Indonesia. 
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. 
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Noted, Kak Arinta. 

2. Bhinneka Tunggal Ika

Sebagai negara dengan beraneka suku bangsa, bahasa, agama, serta budaya, Indonesia dinilai masih mampu untuk merajut dan merangkul keberagaman. Sebab apa? Sebab di dalamnya Indonesia mengadopsi falsafah Bhinneka Tunggal Ika. Ada yang tau gaes sejarah atau asal muasal semboyan Bhinneka Tunggal Ika ini? Frasa Bhinneka Tunggal Ika berasal dari Bahasa Jawa kuno yang terdapat dalam Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular. Mpu Tantular tinggal di Kerajaan Majapahit sekitar pada abad ke-14 Masehi. Adapun Kerajaan Majapahit merupakan negeri dengan beraneka ragam suku bangsa dan budaya, mirip banget dengan Indonesia saat ini. Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Oleh sebab itu para pendiri bangsa menjadikan Bhinneka Tunggal Ika ini sebagai semboyan negara, pemerkokoh bangsa.

Meskipun ada pergesekan dan konflik di sana-sini, Indonesia masih bisa bertahan. Indonesia masih menghargai perbedaan dan menjaga toleransi. Tidak seperti negeri-negeri nun jauh di Timur Tengah yang bergolak karena gerakan yang mengusung separatisme. 

Hoaks, radikalisme, dan ujaran kebencian merupakan momok mengerikan. Ketiganyanya mampu merusak toleransi dan nilai-nilai keberagaman. Maka dari itu saya acungi jempol untuk siapapun, baik itu konten kreator atau sekelompok anak muda yang berani membuat perubahan dan menentang segala hal yang berpotensi merusak persatuan dan kesatuan bangsa. You did best @sabangmerauke, Duta Damai, dan Kirab Pemuda. Saya bersyukur, kaum milenial, cerdas dan tidak mudah terbawa arus. 

3. NKRI 

Saya merasa akhir-akhir ini ada upaya-upaya untuk merongrong kedaulatan dan keutuhan NKRI. Orang menjadi baperan, ngamukan, dan meledak di medsos. Medsos yang seharusnya dijadikan sebagai media berbagai hal-hal yang menarik dan bermanfaat, gaungnya dirusak sekelompok oknum yang penyebar hoaks, ujaran kebencian, radikalisme, dan sebagainya. Itu baru di dunia maya. Di dunia nyata, seseorang menjadi sangat mudah untuk menghakimi dan mempersekusi orang lain yang memiliki cara pandang hidup yang berbeda. Hal-hal seperti ini kelihatannya sepela, tetapi sangat berbahaya dan mampu merusak sendi-sendi kehidupan berbagsa dan bernegara. 

Tips saya ala milenial untuk menghindari hal-hal tersebut yakni memfilter informasi yang kita dapatkan. Diet informasi sangat perlu lho. Hanya informasi yang bermanfaatlah yang kita baca, dengar, tonton, dan bagikan. Yang kedua, janganlah jadi katak dalam tempurung, yang hanya berteman dengan satu golongan dan itu-itu saja. Bertemanlah dengan orang yang berbeda (agama, suku, bahasa) sehingga pikiran kita menjadi jauh lebih terbuka. 

Saya kira dua tips di atas mudah diterapkan untuk menjaga persatuan yang nantinya berkontribusi pada keutuhan serta kedaulatan NKRI. 

4. Undang-Undang Dasar 1945. 

Wah kalau bicara mengenai Undang-Undang Dasar 1945 sudah harga mati gaes. Bisa diamandemen isinya sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa diganti dengan apapun juga. Undang-Undang Dasar 1945 meruapakan hukum dasar tertulis yang menjadi konstitusi negara Indonesia saat ini. Tidak bisa Undang-Undang Dasar 1945 ini diganti dengan Undang-Undang Khilafah, misal lho ya. 

Nah demikian paparan singkat mengenai 4 pilar kebangsaan yang musti kaum milenial tahu. 

Setelah sesi pemaparan, lalu dilanjut dengan sesi diskusi. Sesi diskusi berlangsung seru, santai, dan menyenangkan. Kami mengupayakan perbedaan pandangan di antara kami tidak menjadikan kami saling membenci dan baper.

Sebagai pungkasan, Mbak Mira Sahid menutup acara gathering tersebut dengan membacakan puisi.
"Berhentilah saling menyakiti, Mulalilah saling menghargai."
"Stop marah-marah mulailah bersikap ramah."
"Berhentilah mencari perbedaan, mulalah bergandengan tangan."
"Berhenti silang pendapat, mulailah mencari mufakat" 
"Berhentilah malas, mulailah bekerja keras." 
Seperti itulah cara kita, milenial memaknai 4 pilar kebangsaam. Karena meruwat NKRI, menjaga marwah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, serta UUD 45 adalah tugas kita bersama!

Terima kasih MPR RI atas kesempatannya.

Senin, 10 Desember 2018

Narkoba : Kenali Bahayanya, Hindari Penyalahgunaannya!

"Gak semua narkoba berbahaya, Ferguso. Nih lu cobain yang ini deh. Entar pikiran lu lebih tenang. Lebih adem..." 

Jangan tertipu gaes kalau ada teman yang berkata demikian. Yang datang dan baik-baikin kamu saat ada maunya. MLM dong. Bukan! Lebih tepatnya pengedar narkoba. Waspadai orang-orang dengan modus operandi seperti ini. 

Mitos 1. Ada narkoba yang berbaha ada yang tidak...
Faktanya, semua narkoba berbahaya gaes! 

Mitos 2. Narkoba bisa membantu melupakan masalahmu...
Faktanya, itu hanya efek sementara, justru ketika kamu mulai mengonsumsi narkoba masalah lain akan muncul. Selesaikan masalahmu. Berdamailah dengan pikiranmu. Terimalah hal-hal itu apa adanya. Bukan malah melarikan diri ke obat-obatan terlarang atau miras. Pelan namun pasti hal-hal itu akan merusak organ tubuh dan sel sarafmu. Apalagi kalau kamu lagi kere, kamu sakaw dan butuh pil-pil setan itu, mau tak mau kamu bisa menghalalkan segala cara untuk menghilangkan efek adiksimu. Termasuk membunuh atau mencuri. Catat itu gaes! 

Mitos 3. Penggunaan narkoba hanya melukai penggunanya saja. 
Faktanya, pengguna narkoba bisa mempengaruhi keluarga dan lingkungan sekitar. 

Ada yang mau nambahin lagi gaes? 
Mitos-mitos tentang narkoba dibabat habis oleh AKBP. Siti Alfiah, S. Psi, kepala BNN Kabupaten Sleman. Dalam sharing session "Bersatu, Bersama, dan Bergerak Perang Melawan Penyalahgunan Narkoba" tersebut, Ibu Siti Aliyah tidak hanya memaparkan tentang mitos-mitosnya saja, tetapi juga modus operandi serta efek-efek mengerikan akibat mengonsumsi narkoba dalam jangka panjang. 

Fakta lain yang saya dapatkan sepanjang sesi diskusi tersebut yakni bahwasanya bisnis narkoba menghasilkan perputaran uang yang besar, kartel narkoba sangat mengerikan, modus operandi peredaran narkoba juga berubah-ubah, masih rendahnya niat penyaahguna dan pengonsumsi untuk pulih, narkoba juga beredar di lapas-lapas, dan tentunya yang menggiriskan hati adalah peredarannya sudah merambah ke desa-desa, konsumennya tidak hanya mahasiswa, tetapi juga pelajar belia usia SD. 

Pada tahun 2015, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba mencapai 2,2% dari penduduk Indonesia atau sekitar 4,098 juta jiwa (kurun usia 10-54 tahun). Sepanjang tahun 2016 BNN telah mengungkap 21 kasus dari 30 tersangka dan melakukan penyitaan aset senilai Rp. 261. 863.413.345. Angka yang tidak kecil, Ferguso. 

Baru-baru ini, 4 terpidana kasus penyelundupan 1,6 ton narkoba jenis sabu di Perairan Anambas, Kepulauan Riau, terancam hukuman mati. Bayangkan 1,6 ton gaes. Berapa duit itu dan berapa jiwa yang bakalan rusak/melayang jika terpapar olehnya. 

Adapun prevalensi penyalahgunaan narkoba di DIY mengalami penurunan dari peringkat 8 di tahun 2015 menjadi peringkat 31 di tahun 2017. Akan tetapi, DIY peringkat 1 dalam kategori penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar. Grafik di bawah ini menjelaskan lebih detail mengenai angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di tahun 2016.
Dari tadi ngomongin narkoba mulu, anyway ada yang belum tahu narkoba singkatan dari apa? Yups narkoba kepanjangan dari Narkotika, Psikotropik, dan Obat Berbahaya lainnya. Oleh karena itu narkoba digolongkan menjadi 3 bagian, Narkotika, Psikotropika
Penyalahgunaan narkoba memiliki berbagai efek. Beberapa di antaranya yakni : distorsi pikiran, halusinasi, sistem eror pada indera, memacu kerja organ dan tubuh, dan lain sebagainya. Untuk menghindari dari aparat kepolisian dan BNN, para pengedar memanipulasi kemasan narkoba sehingga mampu meloloskan diri dari pemeriksaan di bandara atau pelabuhan. Tapi tidak semudah itu Ferguso, sepandai-pandainya tupai meloncat pasti akan jatuh juga. Sudah banyak kasus-kasus penyelundupan narkoba di balik kemasan kue brownies yang yummi, paket Alquran, headset, yang berhasil diungkap aparat. 

Ada satu cerita yang membuat saya miris ketika 2 wanita (tante dan keponakannya) tertangkap petugas di bandara karena membawa narkoba. Dua wanita ini tidak tahu menahu bahwa di dalam koper yang mereka bawa telah dijejalkan narkoba. Pelakunya tak lain tak bukan adalah suami dari salah satu wanita tersebut (sang tante). Si suami adalah warganegara berkebangsaan Nigeria yang menikahi wanita Indonesia dan memanfaatkan wanita tersebut sebagai kurir untuk bisnis haramnya. Cerita ini berdasarkan penuturan langsung dari Bu Alfiah.

Bu Alfiah meminta kita untuk waspada berbagai modus rekruitmen oleh bandar narkoba semisal diajak menikah, dijadikan kurir, ditipu, dijebak, diancam, diajak jalan-jalan gratis, dititipi paket oleh teman, meminjam nomor rekening bank untuk mentransfer sejumlah uang, diajak menjadi TKW/TKI di luar negeri dan masih banyak lagi. Modus operandinya emang banyak dan suka berubah-ubah. 

Kita juga perlu mewaspadai pada perubahan perilaku pengguna narkoba. Perubahan itu meiputi perubahan fisik, sikap, dan perilaku. Tanda perubahan sikap bisa dilihat dari pemilihan jenis pakaian berlengan panjang dan berkacamata hitam dengan sikap temperamental dan mudah tersinggung. Perubahan fisik bisa dilihat dari badannya yang kian kurus, gagap, kurang konsentrasi, sayu, mata merah, telapak tangan berkeringat dingin, dan bau tubuh menguarkan aroma spesifik. 
Barangkali kegiatan di atas mampu mencegah peredaran narkoba di desa-desa. 

Saya berterima kasih kepada BNN, telah memberikan kesempatan dan sharing session mengenai narkoba, bahaya, dan penyalahgunaanya. Saya jadi lebih waspada terhadap lingkungan dan gejala-gejala penyalahgunaan oleh teman sendiri. 

Apakah narkoba tidak penting sama sekali? Tidak. tidak demikian. Di dunia medis beberapa jenis narkoba sangat berguna sekali. Apalagi untuk operasi, melahirkan, dan sunat misalnya. Bayangkan gaes kamu cabut gigi tanpa dikasih obat pemati rasa, pasti ngilu dan menderita. Begitulah kira-kira. Jadi narkoba jenis tertentu memang dimanfaatkan oleh kalangan medis dan tentunya sudah berijin. Obat jenis ini tidak dijual bebas di apotek gaes. Hanya dokter atau pihak rumah sakit yang boleh memanfaatkannya untuk kemaslahatan pasien.

Semoga kita semakin cerdas ya gaes untuk mengenali narkoba, bahaya, dan risiko penyalahgunanya.

Sampai jumpa di lain kesempatan!

Minggu, 09 Desember 2018

Azalea Hijab Shampoo : Your Best Hair Care Inspired By NATUR For Hijabers

Dulu, pas awal kuliah saya ini tergolong cuek sama rambut. Saya sering ganti-ganti produk shampo demi menjajal sensasi dan aroma yang berbeda. Alhasil rambut saya jadi... ahsudahlah. Apalagi saya berhijab. Panas, keringetan, kadang bikin gak nyaman. Bikin rambut jadi lepek dan mudah rontok. Saya butuh banget shampo yang menutrisi dan bikin sehat rambut. Selain wangi, shampo tersebut membuat rambut saya gak mudah rontok dan ketombean. Adakah yang seperti itu? 

Beruntung beberapa waktu yang lalu saya mengikuti event bertajuk Hijab Beauty Dating Azalea X Blogger Jogja. Acara ini memperkenalkan produk shampo Azalea untuk wanita berhijab. Sebenarnya sudah banyak sih produk shampo untuk wanita berhijab. Namun apa keunggulan Azalea Hijab Hair Care Shampoo di tangan saya ini?
Azale Hijab Shampo Inspired By Natur. Dokumentasi Pribadi
Arinta suka packagingnya. Cantik. Dokumentasi pribadi.
Perlu diketahui pemirsa Azalea ini merupakan Hijab Hair Care Inspired By Nature. Siapa yang gak kenal Natur. Merek Natur sudah sejak lama terkenal menciptakan produk untuk perawatan rambut. Ibu saya pernah memakai Natur karena rambut beliau juga sering rontok. Rontok itu wajar, tapi kalau sekali sisir rontoknya banyak kan bikin galau pemirsa. Botak nanti ujung-ujungnya deh. 
Mbak Eby selaku Assistan Brand Manager Azalea menjelaskan bahwa produk ini dibuat khusus untuk hijaber yang ingin mendapat produk perawatan rambut yang tidak hanya mengharumkan, tetapi juga menutrisi. Bersama Natur, Azalea diproduksi oleh PT. Gondowangi. PT Gondowangi sendiri pada awalnya yakni tahun 1970 memproduksi rumput laut dan kosmetika berbahan rumput laut. Pada tahun 1972 mulai melakukan riset mengenai rambut dan kulit kepala melalui klinik Gondowangi. Merek NATUR diciptakan pada tahun 2000 gaes. Enam belas tahun kemudian, tepatnya tahun 2016 Gondowangi melakukan riset mengenai rambut dan kulit kepala khusus wanita berhijab serta meluncurkan formula khusus yang diracik spesial untuk kita gaes. 

Azalea dibuat dengan memadukan konsep Thibbun Nabawi? Apa itu? Thibbun Nabawi merupakan metode pengobatan yang mengikuti sunah nabi dengan memformulasikan bahan-bahan yang halal dan alami seperti minyak zaitun, ginseng, lidah buaya, jeruk nipis dan sebagainya sehingga bermanfaat untuk kesehatan rambut. Maka tak heran ekstrak minyak zaitun dan jeruk nipis terkandung dalam merek shampo dengan kemasan berwarna biru ini.

Jika kita lihat di kemasan bagian belakang tertulis jangan biarkan air masuk dalam botol karena dapat merusak kandungan Azalea Shampo. Cara memakainya pun gampang banget. Usapkan Azalea pada rambut yang basah, biarkan shampo berbusa, pijat rambut dengan lembut, terakhir bilas sampai bersih. Terakhir, jangan lupa gunakan Azalea Hair Hijab dan Body Mist untuk perawatan menyeluruh rambut dan hijab. 
Lebih dekat dengan Azalea Hair Hijab & Body Mist. Dokumentasi Pribadi
Jika Azale Shampo menggunakan bahan/ekstrak minyak zaitun dan jeruk nipis, Azalea Hijab & Body Mist menggunakan bahan minyak zaitun dan lidah buaya. Cara menggunakan produk ini pun mudah sekali Ferguso. Tinggal semprotkan 10-15 cm dari rambut atau hijab dan tubuh. Rasakan sensasi rambut sehat harum mewangi sepanjang hari!
Bagaimana pengalaman menjajal merek ini Arinta? 

Saya sudah coba Azalea selama 3 kali dalam seminggu. Rasanya segar, ada sensasi dingin menthol. Rambut saya cocok dengan Azalea. Karena rambut saya sudah saya potong pendek jadi kerontokannya berkurang. Saya yang biasanya mengalami gatal-gatal karena ketombe, jadi gak uring-uringan lagi karena masalah tersebut. jujur saya suka packagingnya, biru untuk Azalea Shampo dan hijau untuk Azalea Hair Hijab & Body Mist. Cantik dan serasi bukan? Khusus Azalea Hair Hijab & Body Mist mudah kemasannya ringan dan mudah dibawa ke mana-mana. Bisa dimasukkan  ke dalam tas atau pouch mungilmu untuk menemani aktivitas harian. 
Saya berterima kasih kepada Azelea telah memberi kesempatan hadir di acara Hijab Beauty Dating Azalea X Blogger Jogja. Saya mendapat pengalaman dan pengetahuan baru tentang perawatan rambut untuk hijaber. Terlebih lagi, ketika Kak Dian Ismyama, salah satu travel blogger Jogja memberikan materi tentang personal branding untuk para blogger. Wah daging semua ilmunya...

Demikian review saya mengenai Azalea, Best Hair Care Inspired bu NATUR for Hijabers like me. Kalau masih penasaran silakan klik website Gondowangi di Azalea Hijab Shampo. Boleh juga kepoin dan follow akun instagramnya di @azaleabeautyhijab dan fanspage facebooknya di Azalea Beauty Hijab

Cheers!

Rabu, 07 November 2018

Melindungi, Merajut Asa, Meretas Jerat Miskin Pekerja Rumahan

Kisah Yu Meh Pekerja Rumahan dari Kota Batik

Menjelang mentari melumat pagi, perempuan berusia hampir separuh abad melangkahkah kaki menuju tukang sayur andalannya. Sang penjual sayur yang usianya juga tak lagi muda -- barangkali 2 atau 3 tahun lebih tua darinya -- dengan gesit menawarkan kangkung, bayam, kacang panjang, ikan asin, dan beberapa jenis bahan makanan yang biasa dibeli wanita berusia hampir separuh abad tersebut. Tangan kanan perempuan berusia hampir separuh abad itu sibuk memilah ayam, wortel, kentang, dan kubis, sedang tangan kirinya menggendong balita mungil dengan muka semerah tomat.

“Weh, tibake wes pocokan po Yu? Mboronge akeh banget.” (Wah, udah bayaran ya Mbakyu? Belanja banyak sekali).” Tanya sang penjual sayur bertanya pada perempuan berusia hampir separuh abad itu. 

“Iyo, anakku kepengen jangan sop ceritane, wingi bar meriang, Yu." (iya, anakku ingin dibuatkan sayur sop ceritanya, kemaren habis kena demam, Mbakyu)” Jawab perempuan berusia hampir separuh abad itu dengan akses Pekalongan yang kental. 

Perempuan berusia hampir separuh abad kemudian mengangsurkan dua puluh ribu lusuh dari balik jariknya. Sang penjual sayur menerima uang tersebut sembari tak lupa mengingatkan hutang-hutang yang belum dilunasi perempuan berusia hampir separuh abad itu. Perempuan tersebut segera meninggalkan si tukang sayur. Bergegas pulang, memasak untuk sang buah hati. 

Yu Meh, demikian nama panggilan perempuan berusia hampir separuh abad itu. Yu sendiri kependekan dari kata Mbakyu atau bisa juga berarti orang yang lebih dituakan. Di omah gedhek berdindingkan anyaman bambu yang sudah berlubang di sana-sini, yu Meh bersama suami dan kelima anaknya tinggal. Suami Yu Meh, bekerja sebagai penjual rujak buah keliling dengan bayaran yang tak tentu. Anak pertama, kedua, dan ketiga Yu Meh semuanya perempuan, adapun anak keempat dan si bontot berjenis kelamin laki-laki. Anak perempuan Yu Meh sudah dewasa, dua di antaranya sudah menikah. Ketiga anak perempuan Yu Meh hanya mampu mengenyam pendidikan hingga bangku SD. Barangkali jejak ini akan kembali berulang pada si bontot Ucup. 

Demi mengurangi beban hidup yang menghimpit, Yu Meh bersedia menerima upah tak seberapa dari pengusaha batik di lingkungan tempat saya tinggal. Yu Meh mengambil berkodi-kodi kain batik bermotif untuk kemudian diberi warna dengan kuas. Proses ini disebut dengan istilah nyolet. Aktivitas menyolet batik dikerjakan di rumah Yu Meh sendiri. Tangan terampil Yu Meh dengan cekatan mampu mewarnai berlembar-lembar bahkan bahkan satu atau dua kodi kain batik per hari. Berapa upah yang diterima orang-orang seperti Yu Meh? Tidak banyak, hanya berkisar Rp 250-500 per lembar kain (tahun 2009 saat saya masih tinggal di Pekalongan). Istilah menerima pocokan berarti mendapat upah yang dibayar pada periode tertentu (biasanya mingguan).

Yu Meh merupakan secuil potret pekerja rumahan di wilayah yang terkenal sebagai sentra penghasil batik, Pekalongan. Dengan asumsi Yu Meh mampu menyesaikan 30 lembar kain per hari dan upah yang diterima per lembar Rp. 250, maka dalam sebulan (30 hari) Yu Meh mengantongi Rp 225.000 saja. Jumlah tersebut sepertiga kali lebih rendah dari UMR yang ditetapkan pemda pada tahun tersebut. Itu pun belum termasuk biaya membeli minyak tanah sebagai bahan bakar kompor yang digunakan untuk membatik. Tidak ada asuransi. Tidak ada jaminan sosial dan hari tua. Tidak ada perlindungan dan keselamatan kerja (K3) apabila Yu Meh terkena cipratan malam panas yang melepuhkan kulit. Tak ada perbaikan ekonomi, lihat saja anak-anak Yu Meh mengenyam pendidikan hanya pada jenjang sekolah dasar. Tidak ada payung hukum yang melindungi nasib pekerja rumah seperti Yu Meh dan kawan-kawan.

Lalu bagaimana peran dan langkah strategis yang diambil para pemangku kebijakan, LSM, media, dan dunia akademik terkait hal tersebut? Upaya-upaya seperti apa yang diperlukan guna melindungi dan meretas jerat kemiskinan para pekerja rumahan di Indonesia? 

Melindungi, Merajut Asa, Meretas Jerat Miskin Pekerja Rumahan. Mungkinkah? 

Bicara pekerja rumahan, sebenarnya apa itu pekerja rumahan dan bagaimana kontribusinya pada mata rantai produksi dan ekonomi? Masih banyak orang yang memiliki persepsi bahwasanya pekerja rumahan identik dengan pekerja lepas atau freelance worker. Ada juga orang yang memahami pekerja rumahan sebagai pembantu rumah tangga atau buruh yang bekerja di rumah majikannya. Konvensi ILO 1996 menyatakan bahwa pekerja rumahan adalah seseorang yang bekerja di dalam rumahnya atau tempat lain yang dipilihnya, di luar tempat kerja milik majikan (pengusaha), guna memperoleh upah, dan menghasilkan barang atau jasa yang telah ditetapkan oleh majikan (pengusaha) tersebut. Pekerja rumahan tidak dibayar berdasarkan jumlah jam kerja seperti halnya di pabrik, tetapi upah dibayar berdasarkan jumlah produksi tertentu yang dihasilkan. Di Indonesia, dikenal dengan model upah borongan. 

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan belum mengakui adanya pekerja rumahan yang kebanyakan bekerja di sektor infomal ini. Undang-undang ini lebih mengadvokasi buruh, karyawan, dan tenaga kerja lainnya yang bekerja dengan kontrak tertulis di suatu lembaga, instansi, industri, dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu payung hukum yang kuat yang mampu melindungi hak-hak para pekerja rumahan. Sinergi dari berbagai pihak tentunya sangat dibutuhkan untuk mengkampanyekan gerakan perlindungan terhadap pekerja rumahan ini.
Dewasa ini, peran media dirasa sangat strategis dalam hal mengkampanyekan dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya perlindungan terhadap pekerja rumahan. Melalui Program Radio Ruang Publik KBR, selama 4 episode KBR menyelenggarakan talkshow dan diskusi publik yang melibatkan akademisi, pemangku kepentingan (pemerintah daerah), pengusaha, dan pihak-pihak lain seperti Kemitraan Australia-Indonesia untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan, mitra MAMPU seperti Bitra, MWPRI, LSM lokal Yayasan Annisa Swasti, dan TURC. 

Bersama Bitra, pemerintah daerah Sumatera Utara saat ini tengah menggodok Raperda Ketenagakerjaan yang akan memberikan perlindungan dan akses kerja layak bagi pekerja rumahan. Fransisko Bangun selaku Kabid Perlindungan Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sumut menyatakan terdapat 3000 pekerja rumahan yang kini mendapat akses BPJS ketenagaakerjaan. Jumlahnya nanti akan terus bertambah. Naskah akademik mengenai hal tersebut kini sedang digagas lebih intensif oleh fakultas hukum Universitas Sumatera Utara. Hal-hal yang dibahas dalam Raperda tersebut di antaranya mengenai bagaimana upah yang layak dan berperikemanusiaan untuk pekerja rumahan, lemburnya, cutinya, jaminan sosialnya, termasuk keselamatan kerjanya. 

Tidak hanya di Sumatera Utara, praktik-praktik baik untuk mengadvokasi dan melindungi pekerja rumahan pun sudah dilakukan di Yogyakarta. Yayasan Yashanti semenjak 2014 telah memberdayakan pekerja rumahan melalui pendampingan dan pembekalan keterampilan. Di Yogyakarta, sudah ada serikat yang mewadahi dan mengaspirasi agar para pekerja rumahan menjadi semakin berdaya dan memiliki daya tawar yang kuat. Dengan adanya serikat atau organisasi, pekerja rumahan bisa memperjuangkan hak-hak mereka ke pemerintah daerah. Dinas tenaga kerja pun memberikan respon positif. 

Tak mau kalah dengan Sumatera Utara dan Yogyakarta, di Kota Malang tepatnya di Kelurahan Polean telah dibentuk Sekolah khusus Perempuan Pekerja Rumahan. Sekolah ini didirikan dan difasilitasi oleh MPWRI (Mitra Wanita Pekerja Rumahan Indonesia) guna meningkatkan keahlian, pengetahuan, dan pengembangan kapasitas pekerja rumahan. 

Kabar gembira ini setidaknya menjadi angin penyejuk di tengah padang gurun yang gersang. Ah, saya jadi terkenang Yu Meh, tetangga saya yang jadi pekerja rumahan dan tinggal di omah gedhek dengan kelima anaknya yang tak mengenyam jenjang pendidikan tinggi. Miris sekaligus mengiris (hati). Cukup Yu Meh saja yang mengalami. Semoga pekerja rumahan lain beroleh pekerjaan yang layak dengan upah memadai sehingga mampu memberikan pendidikan terbaik buat anak-anaknya. Indonesia butuh lebih banyak kerja-kerja baik dan sinergi dari berbagai elemen untuk memberdayakan pekerja rumahan agar mereka mampu merajut asa, terlindungi hak-haknya, dan terlepas dari jerat kemiskinan. Mungkinkah hal itu terjadi? Sangat mungkin!

Setelah Sumut, Malang, dan Yogyakarta semoga kota-kota lain di Indonesia segera berbenah. Bergegas. Menjadi pelita bagi pekerja rumahan. 

Referensi :
1. Website KBR http://kbr.id/ 
2. Program MAMPU Dorong Pemerintah Sahkan Raperda https://intainews.com/sketsa/18415/program-mampu-dorong-pemerintah-sahkan-ranperda/